Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#4)

28 Maret 2021   10:01 Diperbarui: 28 Maret 2021   10:03 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(besthqwallpapers.com)

Saat kuliah persisnya setelah setahun, ada hal mencolok terjadi. Kadang Dika suka minta tambahan uang bulanan yang dirasanya kurang. Dengan berbekal alasan untuk keperluan kuliah saat ditanya, membuat Ibu tidak bisa berkutik. Padahal gaya hidup konsumtif akibat pergaulan adalah alasan sebenarnya dibalik itu. Ibu yang "ditodong" mau tak mau menuruti permintaan tersebut walaupun memang hal itu tidak terjadi tiap bulan. 

Dari berbagai temuan itu, bukan tidak menaruh curiga, hanya saja Ibu sulit menerima jika ketakutannya selama ini jadi nyata. Juga bukan tidak ada niat Ibu untuk mengubah keadaan tapi seolah ia tidak berdaya menghadapi masalah ini seorang diri. Membayangkan jika mendiang sang suami masih berada di sisinya, membuatnya jadi terharu. Berusaha tetap tegar, ia hanya bisa memendam semua ini dalam-dalam. 

Bertanya pada diri sendiri, kenapa ini terjadi pada keluarganya. Ibu merenung apa akar masalahnya.
"Apakah karena perasaan sayang pada anak yang berlebihan telah membutakanku?" tanyanya introspeksi diri.
"Tapi apa itu sebuah kesalahan?  Bukankah banyak orangtua juga berlaku seperti itu?" sanggahnya membela diri.
"Haruskah aku yang dipersalahkan setelah apa yang ku lalui dan perbuat?"
"Bukankah selama ini aku telah berkorban segalanya demi keluargaku?"
"Bukankah aku sudah menunaikan tugasku sebagai orangtua walaupun belum sempurna?"
"Lalu kenapa semua ini terjadi?"
"Betapa tidak adilnya!" ratapnya pilu. 

Namun, sekuat apapun ia menyangkal, semua sudah terjadi dan tidak ada gunanya dipertanyakan lagi. Kini yang ada hanya penyesalan dan juga malu. Karena keabaian dan kelalaiannya, Dika menjadi seperti sekarang. Namun hal itu tidaklah mengurangi kasih sayangnya pada sang anak. 

Ibu akhirnya sadar dan tidak menampik anaknya sudah berubah ke arah yang menyimpang. Ia sendiri tidak tahu dari mana penyakit itu berasal. Apakah karena faktor hormonal, biologis, psikologis, pergaulan, internet, atau apa? Walau bagaimanapun Dika tetap anaknya. Satu keinginannya agar penyakit itu hilang selamanya dari sang anak. Dan berdoa semoga Dika kembali seperti semestinya sesuai kodratnya. 

Dengan gawai di tangan, Dika coba menyiasati injury time di Jumat sore itu. Seperti biasa setiap akhir pekan, WA groupnya mulai diramaikan oleh ajakan nongkrong nanti malam. Weekend begitu ditunggu-tunggu bagi golongan seperti Dika. Setelah suntuk dengan kerjaan dan kantor, sekarang party time. Work hard, play hard kata mereka. 

Biasanya tiap malam Sabtu mereka ngumpul di cafe buat ngobrol up date seminggu yang lawas. Atau hal-hal lain yang viral dan rame tapi tidak untuk masalah di kantor. Itu sudah jadi semacam kode etik diantara mereka. Kadang mereka juga menyusun rencana buat ngedugem malam Minggu jika semua personel siap. 

Mereka ada 11 orang. Dari berbagai profesi seperti pegawai swasta, guru, konsultan, ASN,  mahasiswa, hair stylist, instruktur gym, dan jurnalis. Range usianya beragam dari 20an sampai 40an tahun. Kebanyakan masih berstatus single tapi ada juga yang sudah married. Sebagian besar mereka terpelajar dan cukup intelek. Didaulat sebagai ketua geng adalah si konsultan karena paling tua dan sudah berkeluarga. 

Orang awam sulit mengenali dan tidak akan menyangka seorang itu gay. Karena luarnya tampak macho abis tapi ternyata dalamnya melankolis. Atau istilahnya BPJS = Badan Perkasa Jiwa Sekong. Seorang itu baru ketahuan kegayannya setelah ia ngomong. Caranya bicara tidak bisa ditutupi selain gesture tubuh lain seperti cara jalan. Ciri lainnya yang tampak secara lahir seperti bersolek, memakai riasan kosmetik, dan aksesoris layaknya perempuan. 

Dalam grup tersebut, ada satu orang yang dekat dengan Dika  atau bisa disebut pacar. Namanya Adam, seorang guru kesenian SD. Ia bertemu Dika pertama kali di geng tersebut saat Dika masih mahasiswa tahun akhir. Dari situ, mereka berdua mulai menjalin komunikasi intens. Melakukan berbagai kegiatan bareng seperti jalan, shopping, makan, nonton, dll. Merasa cocok satu sama lain, hubungan rahasia keduanya masih berlanjut hingga sekarang.

Mengalihkan pandangan ke monitor di depannya, sebuah notifikasi email tiba-tiba muncul. Dengan harap-harap cemas, Dika membuka email yang memang ia nantikan beberapa hari ini. Senyum merekah menghiasi wajahnya. Melengkapi kelegaan thanks god is friday, sebuah kabar gembira datang dari perusahaan Herdi. Melalui emailnya, Herdi menyatakan menerima proposal yang diajukan Dika dan memintanya datang untuk penandatanganan MoU kerja sama pada senin depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun