Merasa tidak punya pilihan, Ibu mempercayakan Dika untuk menjaga dan mengurus adiknya selama dirinya bekerja. Dika yang belum terlalu ngerti, dengan sukarela menyambut baik permintaan Ibunya itu.Â
Sambil meyakinkan Dika, Ibu berkata, "Kakak, kalau nanti Kakek sama Nenek sudah pulang, Kakak yang gantiin jaga Dedek ya?"
"Emang, Ibu mau kemana?" tanya Dika heran.
"Ibu nanti kerja kayak Bapak dulu," ucapnya murung terkenang sang suami.
"Iya, Bu. Dika siap," jawabnya mantap seolah memahami perasaan sang Ibu.
Di waktu lain, si Ibu suka memberi petunjuk dan arahan ke Dika tentang bagimana mengurus keperluan si Adik. "Kakak, kalau nanti Dedek nangis, coba periksa popoknya. Kalau udah bau dan kotor, diganti ya. Masih inget gak caranya?" tanya Ibu memancing.Â
"Nih lihat, Ibu contohin lagi."
Sambil memeragakan langsung ke Dinda lalu berkata, "Gampang kan? Coba sekarang Kakak!" serunya.
Dika merasa excited dengan hal itu. Beberapa saat kemudian, "Bisa, Bu! Kakak bisa!" teriaknya senang bukan kepalang.
"Pinter anak Ibu!" sambil mengusap kepalanya.Â
Ibu biasanya berangkat ke toko pada siang hari selesai nyuapin Dinda dan setelah Dika pulang sekolah. Sore waktunya Dika berdinas. Tidak menganggapnya beban, ia mengasuh dan bermain bersama Adiknya dengan riang.Â
Ia sudah terbiasa mengganti popok, menyuapi makan, dan memberi minum sang Adik. Tugasnya selesai saat Ibu pulang sekitar jam limaan setelah toko tutup.Â