Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalut (#3)

14 Maret 2021   10:30 Diperbarui: 14 Maret 2021   10:38 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(wallpaperbetter.com)


Ingin rasanya ku kembali ke masa kecilku.
Mengulang waktu bersamamu.
Saat kau hadir untukku.
Saat-saat yang ku nantikan.

Ku coba mengenalimu.
Merasakan hangat tanganmu.
Menyentuh halus pipimu.
Menggenggam erat jemarimu. 


Masa kanakku telah berlalu.
Teramat banyak yang terlewat tanpamu.
Terlampau sedikit tuk ungkapkan dirimu.
Bagai ruang hampa dalam hidupku.

Tidak masalah lagi bagiku.
Kau tetaplah ibu yang melahirkanku.
Begitu banyak ungkapan cinta untukmu.
Menolakku untuk menggugatmu. 


Mama, kembalilah untukku.
Ku mohon untuk kali ini saja.
Hanya satu pintaku.
Bantu aku lepas dari kekalutan ini. 

.....
Tertegun sendiri, mendadak Tomi teringat Bi Imah, pengasuhnya waktu kecil. Kalau saja Bi Imah masih bersamanya sampai saat ini, mungkin ia akan menumpahkan semua masalah ini kepadanya. Namun karena faktor kesehatan, Bi Imah yang sudah 15 tahun ikut keluarga Tomi, terpaksa harus pulang kampung. Peristiwa yang terjadi saat Tomi kelas 2 SMP itu, masih begitu membekas dalam ingatannya. 

Bi Imah berasal dari kampung tempat orangtuanya Herdi. Mereka menyarankan pada Herdi agar Bi Imah bekerja kepadanya yang saat itu masih bujangan. Awalnya ia tidak merasa perlu bantuan seorang ART. Namun setelah berumah tangga, ia berubah pikiran. Martha juga tidak keberatan dengan hal tersebut. Akhirnya Bi Imah hijrah ke kota untuk menetap di rumah Herdi. 

Saat meninggalkan keluarganya di kampung, usia Bi Imah sudah 40 tahun. Kedua anaknya saat itu satu sudah kerja dan satunya baru masuk SMA, mendukung keputusan tersebut. Keduanya merasa sudah dewasa dan bisa hidup mandiri. Selain sang bapak sudah tiada, sang ibu praktis tidak ada yang diurus lagi. 

Menurut keduanya, keputusan itu akan berdampak baik bagi keluarga mereka. Tidak hanya memperoleh penghasilan tambahan tapi juga dapat menyalurkan minat ibu yang masih mau bekerja walau usianya tidak muda lagi. Keduanya mendorong ibunya agar tidak ragu dengan rencana tersebut. Mereka berdua juga rela jika sang ibu menempuh langkah tersebut. 

Bi Imah begitu sayang pada Tomi bahkan sudah menganggap seperti anaknya sendiri. Ia merawat dan mengasuh Tomi sejak bayi. Mengurus segala kebutuhannya dengan telaten dan apik disamping mengurus rumah sebagai tugas utamanya. Meskipun terasa cukup berat, kedua pekerjaan itu ia lakukan dengan suka cita. 

Mempercayakan sepenuhnya si bayi kepada Bi Imah, Martha merasa tidak perlu lagi mencari baby sitter. Ia cukup tenang karena bayinya berada di tangan yang tepat. Tentunya diiringi dengan pemberian kompensasi yang lebih pada Bi Imah. Tidak terlalu memikirkan berapa yang ia terima, dengan tulus ikhlas Bi Imah melakukan tugasnya sebaik mungkin. Baginya ini merupakan amanat dan tanggung jawab yang besar yang harus dijaga dan ditunaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun