Mohon tunggu...
ahmad hassan
ahmad hassan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Berkecimpungan dalam dunia pendidikan. Suka musik klasik & nonton film. Moto "semua sudah diatur".

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dalam Dekapan Pandemi: Sebuah Syair

29 September 2020   19:20 Diperbarui: 29 September 2020   19:29 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang tak-kasat-mata menyeruak dalam hening.
Sentuhannya nan lembut tapi berdaya maut.
Terhenyak setiap mata dan telinga dalam gegap gempita.
Membentang sebuah dunia  fana sambut dengan pasrah.

.......
Lihat!
Apa yang diperbuatnya?
Sang tak-kasat-mata buyarkan mimpi dalam sekejap.
Menari di atas pusara kematian dan liang penderitaan.

Dia hancur luluhkan segala rencana dan harapan.  
Dia jungkir balikkan seluruh pekerjaan dan jerih payah.
Dan dialah biang kerok di balik semua kekacauan dan kerusakan hari ini.

Hei, tunggu dulu!
Jangan buru-buru salahkan dia!
Mungkin dia yang paling bertanggung jawab atas semua ini tapi tidakkah kalian coba tuk introspeksi diri dulu.

Berhenti sejenak, merenung, menengok hari-hari kemarin.
Mungkin saja ini merupakan pertanda, teguran, peringatan, atau bahkan azab dari Sang Pencipta.

Bukankah selama ini dunia tlah membutakan kalian?
Sementara kalian sendiri tahu ada akhirat kelak menanti.
Tidakkah kalian bersyukur atas limpahan nikmat yang diperoleh selama ini?

Mungkin saja dia bermaksud baik dengan memberi tahu kalian karena selama ini kalian nampak acuh dan abai ketika diberi tahu.
Mungkin juga dia ingin sekali agar kalian memetik hikmah dan pelajaran dari kejadian ini meski harus dilakukan dengan cara sekasar dan sekeras ini.

Tidak jugakah kalian paham?
Lalu dengan cara seperti apa lagi agar kalian mengerti?

Baiklah, baiklah. Kami akui semua ini salah kami.
Maafkanlah kami atas
Kesalahan
Kelalaian
Keserakahan
Kesewenangan
Kemunafikan
Dan semua kebodohan yang tlah kami lakukan selama ini.
Kami bersungguh-sungguh dan tulus atas perkataan tersebut.

Tapi haruskah kami memohon padamu tuk hentikan semua ini?
Sungguh kami sudah tak kuat lagi berjibaku melawanmu.
Digdayamu bukan tandingan kami.
Tolong, lenyapkan seluruh musibah ini seolah tidak pernah terjadi sebelumnya dan kembalikanlah kami seperti sedia kala!

Janganlah kalian minta tolong kepadaku!
Mintalah kepadaNya.
Aku hanyalah mahluk ciptaanNya sama seperti kalian.
Aku tidak bisa mengabulkan apa yang kalian minta.
Tak ada yang bisa mengubah ketetapanNya kecuali Dia berkehendak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun