Sementara pendidikan Indonesia sibuk dengan peluncuran Merdeka Belajar, China telah mengimplementasikan artificial intelligence untuk pendidikan sejak beberapa tahun lalu.Â
Ada 2 sistem kecerdasan buatan yang digunakan China, yaitu AI untuk administrasi seperti pengoreksi tes atau tugas rumah, dan AI untuk pembelajaran adaptif.Â
Apakah AI Pembelajaran Adaptif seperti pembelajaran yang kita alami, menggunakan App virtual meet dan Whatsapp sebagai bentuk adaptif dari kondisi sekarang?
AI Pembelajaran adaptif adalah teknologi pendidikan yang dapat merespons interaksi siswa secara real-time dengan secara otomatis memberikan dukungan individu kepada siswa, (squirrelai).
Seperti halnya memesan Gojek untuk pergi dari tempat A ke tempat B. Bukan hanya mengantarkan penumpang sampai tujuan tetapi memberi arah GPS dan keterangan waktu.Â
Ketika AI pembelajaran adaptif bekerja maka secara otomatis dapat menganalisis kebutuhan siswa, lalu memberikan materi sesuai tingkatan dan mengarahkan pembelajaran.Â
Jika berpikir bahwa teknologi ini bertentangan dengan etika maka itu salah. AI pembelajaran adaptif bukan pengganti pendidik tetapi merubah dari instruktur menjadi pembimbing.
Tapi kita akan membahas sebuah teknologi yang baru-baru ini sangat populer, Blockchain. Untuk memahami skenario Blockchain pada pendidikan, alangkah baiknya kita paham tentang Blockchain terlebih dahulu. Bagaimana Blockchain bekerja dan apa yang dapat diambil dari Blockchain untuk dunia pendidikan.
Teknologi Blockchain berangkat dari adanya masalah kepercayaan konsumen terhadap transaksi uang pada Bank. Walaupun ada undang-undang, pengelolah bank bisa saja nakal atau imannya turun. Coba kita contohkan pada sebuah data presensi mahasiswa.Â
Ketua kelas sebagai pihak ketiga dan dia bertugas memegang data presensi. Kita adalah pihak pertama dan dosen sebagai pihak kedua. Dosen memberi peraturan, jika ingin mengisi presensi maka harus menulis artikel dan dikumpulkan ke ketua kelas.