Mohon tunggu...
The Fed
The Fed Mohon Tunggu... -

Pembaca Oligarki

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aburizal Layak Mundur

29 November 2014   10:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:32 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aburizal Layak Mundur

Keterpecahan yang terjadi dalam tubuh Partai Golkar saat ini bukanlah yang pertama kali dalam sejarah. Tetapi telah beberapa kali, yang pada akhirnya melahirkan Golkar-Golkar muda. Katakanlah Gerindra, Hanura, NasDem dan PKPI, mereka semua adalah Partai-Partai yang lahir dari jantung Golkar.

Pertanyaannya apakah tahun ini akan melahirkan Golkar muda? Dengan melihat sejarah kebelakang, kemungkinan untuk menelurkan Partai baru cukup besar. Apalagi Partai Golkar bukanlah Partai yang hanya tunduk pada satu tokoh seperti PDIP, Demokrat dan pecahan-pecahan Partai Golkar sendiri. Golkar merupakan Partai besar yang dihuni tokoh-tokoh besar pula. Oleh karen itu, kapanpun tak heran jika selalu terjadi tarik-menarik oleh satu tokoh dengan tokoh lain dalam Partai.

Perpecahan Golkar menjelang Munas kali ini tak terlepas dari kekecewaan para kader terhadap ketua umum Partai Golkar, Aburizal Bakri yang merencakan Munas dipercepat menjadi tanggal 30 November yang seharusnya dilaksanakan pada bulan Januari nanti. Beberapa pengamat menganggap ini adalah skenario agar Ical bisa maju dan terpilih kembali menjadi ketua umum.

Lantas, apakah Ical sendiri layak maju kembali menjadi calon ketua umum? Saya sendiri sepakat dengan apa yang dikatakan oleh kader Partai yang mengharapkan Ical tidak lagi mencalonkan diri menjadi ketua umum. Karena selama kepemimpinannya Golkar seperti bukan Partai besar yang selalu melahirkan Capres kuat setiap kali Pemilu. Tetapi seperti Partai yang baru lahir yang meminta-minta kursi kepada Partai lain. Katakanlah sebelum merapat ke Koalisi Merah Putih (KMP), Ical sempat meminta-minta kepada Megawati agar dijadikan pendamping Jokowi sebagai Cawapres. Tetapi permintaan itu ditolak oleh Megawati dengan berbagai alasan. Setelah itu, ia merapat ke Prabowo agar menjadi wakil pula tetapi Prabowo menolak juga. Peristiwa ini sangat memilukan bagi saya karena Golkar adalah Partai besar yang seharusnya tak seperti itu.

Jika melihat ke-sejarah pada pemilu 1999 dimana tekanan pada Partai cukup besar Golkar masih memperoleh suara terbesar kedua. Dan pemilu 2004 dalam kondisi yang hampir sama Golkar berhasil memenangkan Pemilu. Ditambah banyaknya calon yang maju baik menjadi Capres maupun Cawapres Partai lain. Ini menunjukan betapa hebatnya Partai Golkar dulu. Tetapi saat ini dimana tekanan pada Partai dari luar hilang justru kondisi Partai semakin terpuruk. Dan dengan alasan itulah seharusnya Ical berfikir ulang jika kembali mencalonkan diri menjadi ketua umum dan merelakan agar kader lain menjadi pemimpin baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun