Fitri, engkau adalah buah dari sebuah Pohon yang kami tanam bernama Puasa
sejak masa dan musim bernama Ramadhan tiba, Â kami telah menancapkanmu dalam doa-doa
kami niatkan, engka menjadi buah yang ranum, subur dan menghasilkan buah-buah fitri yang indah dan berseri
Bagaikan Keris pusaka yang dibuat sang Empu, dengan tempaan, pembakaran yang sabar
sesuai mantra, doa dan ritual yang terpancar...
tercipta sebuah keris yang luniwih, memancarkan aura yang tiada tara
Demikian juga Puasa, sebagai pohon kami telah menanam, menyiram dan merawatnya.
tetepi mengapa, Fitri belum juga nampak. bahkan terkesan menjauh laksana.
Atau, jangan-jangan kesabaranku yang memang tumpul
Atau, adakah ini karena Suasan Pemilu yang tanpa bisa berubah meski Ramadhan telah tiba
tidakkah Ramadhan jauh lebih penting dari sekedar ritual 5tahunan
toh, bukankah semua kita sudah menyalurkan hak pilih kita masing-masing?
tidak cukupkah sampai di 17 April kemarin, saat aku memperingati Ulang tahunku yang kesekian?
owh, mungkin bagiku cukup. bagi yang lain tentu membutuhkan waktu
dan aku bisa memahami itu. Tapi keyakinanku, kau, mereka dan kita semua punya harapan yang sama, Fitri bisa kembali disini
atau, Puasa dalam Ramadhan kita biarlah berbuah Fitri yang semerbak mewangi.Â
Biarlah sejenak soal dunia termasuk soal Pilpres Pemilu dan lainnya diurus oleh siapapun.Â
kita doakan, Puasamu, Puasaku, Puasa kita berbuah Fitri.
Ramadhan melahirkan Kemenangan buat kita semua.
menjalankan Puasa dengan sabar, IKhlas dan mengutamakan Kerukunan dan Persatuan antar kita sesama. Semoga