Mohon tunggu...
Ahmad Faisal
Ahmad Faisal Mohon Tunggu... Penulis - Indonesian Writter

Political Science FISIP Unsoed Alumnus. I like reading, writting, football, and coffee.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pagi di Daerah

7 Desember 2018   11:46 Diperbarui: 7 Desember 2018   13:21 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Dokpri

Masih soal pagi, di waktu yang bersamaan di belahan bumi lainnya, seorang ibu bangun sebelum adzan subuh berkumandang. Menyiapkan air di kamar mandi agar cukup untuk mandi anak-anaknya yang akan berangkat sekolah/kerja.

Jika anda pernah melewati jalanan yang melalui sebuah pasar, di sana dari dini hari sudah banyak para pedagang yang mempersiapkan dagangannya atau siap untuk mengirim barang untuk di jual ke pasar lain yang sedang harinya "Pasaran", seperti misalnya " Wagean, Kliwonan, Setuan", dan sebagainya.

 Pernahkah pada saat berangka ke kantor bertemu dengan mobil-mobil ekspedisi yang membawa sayuran untuk dijual ke pasar di kota sebelah? Biasanya di belakang di bagian bak mobil bersama dengan sayur-sayuran dan hasil bumi yang diangkut ada ibu-ibu atau bapak-bapak yang tertidur sambil berpegangan erat di bagian bak mobil sembari tertidur menunggu sampai di pasar tujuan.

Jika musim bercocok tanam tiba, banyak ibu-ibu yang bermatapencaharian petani berbondong-bondong ke sawah bersama teman-temannya untuk menggarap lahan. Ada yang berjalan kaki sejauh 2 kilometer, ada yang ramai-ramai bersepeda ke sawah, dan banyak juga yang pagi sekali menunggu bis untuk ditumpangi menuju ke sawah kalau lokasi sawah yang akan digarap jaraknya jauh dan melewati jalan raya.

Jadi, di luar sana masih banyak orang yang mereka sesuai effort-nya itu lebih 'keras' usahanya daripada kita. Dan belum tentu dari apa yang dihasilkan oleh mereka juga lebih tinggi nilainya daripada kita. Tetapi, mereka tidak pernah mengeluh. 

Saya rindu cerita orang tua saya dikala mereka menceritakan kegigihan orang zaman dulu ketika teknologi belum semaju sekarang. Orang lebih banyak bersyukur dengan hidupnya. Sedangkan kita saat ini? Kita adalah generasi yang 'lagi manja'. So, we have to disrupting our self to be the blessed people.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun