Mohon tunggu...
Ahmad Edi Prianto
Ahmad Edi Prianto Mohon Tunggu... Wiraswasta - 👨‍🎓 Social Welfare Science

Hanya individu biasa yang hidup ditengah lapisan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

SuperHero Syndrome, Ketika Dirimu Terobsesi Menjadi Pahlawan

14 April 2023   13:36 Diperbarui: 14 April 2023   13:45 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Image: KINCIR.com

Susah menolak permintaan orang lain? Terlalu sering menolong orang lain? Atau hidupmu terasa kurang jika belum menyelamatkan orang lain dari masalahnya? Hati-hati, mungkin kamu punya Sindrom Pahlawan atau SuperHero Syndrome yang tertanam pada dirimu. Lho, memangnya menolong itu salah?

Menolong atau menyelamatkan orang lain memang tak salah, namun jangan sampai yang kamu lakukan itu memiliki sifat berlebihan.  Dampaknya bisa buruk, seseorang bahkan bisa merelakan dirinya sendiri demi sekedar menolong orang lain. Seseorang itu bagaikan pahlawan, yang selalu berusaha penyelamat dalam berbagai situasi.

Ingat, seseorang tidak harus bertanggungjawab mengenai apa yang bukan tanggungjawabnya. Bukan hanya buruk untuk diri seseorang, sindrom ini bahkan bisa berakibat buruk pada orang lain yang ia bantu juga. Seseorang yang mengidap sindrom itu akan selalu ketergantungan dengan orang lain, sebaliknya orang lain juga jadi selalu ketergantungan dengan seseorang yang selalu membantunya itu.

Lantas, apa yang diinginkan oleh pengidap SuperHero Syndrome? Hmmm. Sebenarnya, seseorang yang mengidap sindrom ini adalah orang yang kehilangan kontrol diri. Sangking hilangnya kontrol atas dirinya, seseorang tersebut jadi haus akan pujian, sanjungan, dan ingin terkenal.

Sindrom ini justru akan membuat orang lain dirugikan, bahkan bisa menciptakan rasa yang kurang nyaman. Karena seseorang yang menjadi penolong ini hanya terkesan menyelubungkan niat baiknya untuk menolong, padahal sebenarnya ia hanya ingin memanfaatkan keadaan untuk menambal sisi gelapnya.

Seseorang dengan SuperHero Syndrome akan sulit menolak ajakan dan permintaan orang lain, karena menyenangkan orang lain adalah tujuan utamanya. Seseorang yang memiliki sindrom ini akan merasa paling heroik daripada apa yang sebenarnya terjadi, padahal orang tersebut adalah orang yang gagal menolong dirinya dalam kehidupannya sendiri.

Pada akhirnya, sindrom ini akan membuat seseorang memiliki kepribadian ganda. Antara ingin menolong karena memang merasa iba dan bersimpati, atau ingin menolong karena merasa dirinya yang paling hebat dan paling perhatian. Hal itu justru akan membuat kondisi psikologis seseorang mengalami permasalahan, karena seseorang yang mengidap sindrom ini akan selalu menganggap kecelakaan dan permasalahan orang lain sebagai peluang untuk menjadi pahlawan atau superhero.

Menjadi superhero memang asik, mereka bisa mengendalikan sesuatu dan menghadapi masalah dengan segala kekuatannya. Namun, tidak semua manusia bisa mengendalikan kontrol diri mereka. Seseorang dengan sindrom superhero bahkan tidak bisa mengendalikan kondisi emosionalnya, yang membuat mereka lupa untuk memikirkan dirinya sendiri.

Bagaimana tidak tertekan, sindrom ini akan membuat seseorang menambah jumlah pekerjaannya. Bukan hanya pekerjaannya sendiri, ia juga menekan dirinya sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan orang lain. Tak ayal, hal itu bisa saja membuat performa dan tenaga dirinya menurun. Akibatnya, pekerjaan orang lain malah cenderung bagus sedangkan pekerjaanya sendiri nampak tidak bagus.

Banyak sekali penyebab yang menjadi tanda-tanda bila seseorang mengalami sindrom ini, antara lain :

Sulitnya Berkata "Tidak". 

Sama seperti seseorang yang mengidap people pleaser. Seseorang yang mengalami SuperHero Syndrome akan merasa tidak enakan, mereka akan sangat sulit menolak apapun yang inginkan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun