Mohon tunggu...
Ahmad David
Ahmad David Mohon Tunggu... Sejarawan - Mahasiswa

Bola voli

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakekku Sang Veteran

3 Juli 2022   10:06 Diperbarui: 3 Juli 2022   10:07 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kakekku sang veteran 

Tak terasa kita sudah 76 tahun merdeka. Tetapi masih sangat dekat dibenak kita perih dan kejamnya para penjajah.

350 tahun kita di jajah sudah ribuan nyawa yang terbunuh dan begitu banyak keringat pengorbanan para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia ini.

Salah satu dari ribuan jiwa yang berjuang demi negara tercinta ini adalah kakekku sendiri. Dia berjuang dengan penuh keyakinan dan keberanian bersama para pasukan pagar betis yang begitu gagah berani walaupun berbekal senjata bambu runcing namun hati dan jiwa mereka lebih tajam dan mematikan daripada senapan api para penjajah.

Beliau bernama Emen. Seorang vetera yang lahir dikota penuh sejarah yaitu Sumedang. Dia terlahir bukan dari kaum ningrat ataupun bangsawan tapi dari rakyat jelata yang tidak bisa berpendidikan yang tinggi pada saat itu. Tapi tekad kuatnya tidak kalah dengan keadaan untuk memperjuangkan kemerdekaan untuk anak cucunya nanti. Maka dari itu sang kakek berjuang dijalur keras menbasmi para penjajah.

Sang kakek selalu bercerita dengan bangga pada saya tentang perjuangnya dulu. Kisah pilu namun sangat menginspirasi saya.

Suatu ketika sang kakek sedang bergerilya bersama rekan-rekannya dilebatnya hutan gunung manglayang, sang kakek dan kawannya tertawan oleh penjajah karena begitu banyaknya para penjajah maka mereka tertangkap, namun sebagian temannya lagi meloloskan diri.

Singkat cerita sang kakek bersama 3 temannya dibawa oleh para kompeni. Mereka di penjara selama beberapa hari tanpa diberi makan apapun. Satu persatu rekan sang kakek mati kelaparan, hingga pada akhirnya tinggal kakek saya seorang diri yang masih bertahan hidup. Tanpa rasa putus asa akan keajaiban tuhan. Benar saja, ketika rekan sang kakek sudah meninggal dan tinggal beliau seorang diri. Kompeni merasa belas kasihan pada beliau. Akhirnya beliau diberi sepiring nasi bercampur pasir kerikil yang amat menyiksa tenggorokan.

Bisa terbayangkan begitu laparnya beliau, sehingga nasi bercampur pasir pun terasa sangat nikmat. 

Sesudah makan sang kakek bertanya kapan bisa dilepaskan. Kompeni menjawab "jika kau ingin lolos maka harus menjadi bagian dari pada kami".Lantas sang kakek menjawab "demi tanah airku aku rela mati kelaparan hingga kurus kerontang seperti ini".Sambil mengunci jeruji kompeni menjawab "dasar bajingan keras kepala" Setelah itu pergi meninggalkan sang kakek yang tetap teguh akan pendiriannya.

Hari demi hari dia lewati di penjara pengap dan gelap. Hingga suatu ketika ada pemanggilan upacara para kompeni yang mengharuskan para kompeni meninggalkan kamp tahanan, hingga menyisakan beberapa orang sipir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun