Mohon tunggu...
Politik

Inilah Cara HT Meningkatkan Produktifitas Petani

1 Juni 2016   14:51 Diperbarui: 1 Juni 2016   14:59 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sempat merasakan nikmatnya swasembada beras dua dekade silam, masa-masa emas yang dilalui Indonesia itu perlahan-lahan mulai memudar. Dan kini justru berbalik 180derajat, tidak jarang Indonesia sebagai negara agraris, harus mengimpor bahan pangan dari negara-negara lain, misalnya Thailand dan Vietnam.

Sejarah mencatat Indonesia pernah mengalami masa swasembada pangan, khususnya beras, pada dekade 1980-an. Bahkan saat itu, Organisasi Pangan Dunia, FAO memberikan penghargaan istimewa kepada pemerintah atas prestasi luar biasa ini.

Namun, sesudah menorehkan tinta emas di dunia berkat swasembadanya, Indonesia bak macan ompong yang sulit mengulang prestasi tersebut. Selama beberapa tahun terakhir, masalah ketahanan pangan menjadi masalah penting di Indonesia. Sejumlah pengamat mengatakan akibat persediaan yang terbatas, harga berbagai komoditas pangan, diperkirakan akan menembus tingkat yang sangat mengkhawatirkan.

Seperti diketahui, Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan pangan dari negeri sendiri. Berbagai kebutuhan pangan masih tergantung impor dari negara-negara lain. Mulai dari beras, kedelai, jagung, daging dan berbagai pangan lainnya seperti gula dan garam pun impor.   Berbagai persoalan pertanian mulai dari persoalan produktivitas, lahan, zonasi hingga modal bagi petani harus segera dibenahi agar Indonensia berdaulat pangan.

Berangkat dari masalah pangan yang menjerat Indonesia saat ini, Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo menuturkan ada beberapa hal yang harus segera dituntaskan untuk mencapai swasembada pangan. Di antaranya Indonesia harus segera melakukan zonasi pertanian.

Menurutnya, daerah per daerah akan dibangun dengan komoditas pertanian yang menjadi kekuatan daerah tersebut. Kedua, produktivitas pertanian juga harus digenjot. Sebagai pembanding, produktivitas padi di Thailand bisa memproduksi 12 ton per hektare. Sementara Indonesia masih berkisar di 5-6 ton per hektare.

Selain itu para petani juga harus memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan pinjaman modal dengan bunga yang murah. Tengkulak yang meminjamkan uang ke petani mengakibatkan petani mendapat keuntungan yang sedikit. Ujung-ujungnya petani tak bisa banyak berkembang.

Hary Tanoe juga mengungkapkan bahwa bangsa yang besar merupakan bangsa yang bisa menjaga kedaulatan pangannya. Ia percaya, dengan konsep ekonomi kerakyatan yang diusung Partai Perindo, kedaulatan pangan di Indonesia segera terwujud.

Di Indonesia sendiri sebagian besar petani hanya menggarap lahannya saja. Hal tersebut menandakan jika para pemilik lahan menjual lahannya, maka tidak hanya petani penggarap menjadi kehilangan pekerjaan. Tapi berkurang pula lahan pertanian.

Saat ini kalau diperhatikan lahan pertanian terus berkurang dan beralih fungsi sebagai hunian bagi penduduk yang saat ini mencapai 250 juta jiwa. Di sisi lain, persediaan panganpun harus tersedia bagi penduduk yang jumlahnya semakin bertambah tersebut. Terlebih, fenomena El nino yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan semakin menyulitkan kondisi panen nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun