Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pemberontakan Aldy, Kematian Desol dan Kado Buat Admin Baru

20 September 2015   00:55 Diperbarui: 20 September 2015   00:57 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Pusing abis baca Pakde Kartono versus Gayus Tambunan, malah jadi ngelanjutin cersil semau gue dah akhirnya. Selamat membaca…^_ ).

 

TUJUH PUKULAN KORUPSI PENUH BISA.

Baru saja Dayat ingin menanggapi kisah Sunan Kalijaga yang baru didengarnya itu, ketika wajah Paman Bay mengeras tiba-tiba.

“Ada apa Paman?” bisik Dayat sambil bergegas mengkeret ke samping Paman Bay.

“Paman merasakan ada banyak hawa pembunuh yang mengarah ke tempat kita” sahut Pman Bay dengan berbisik pula.

Baru saja Paman Bay selesai menjawab, ketika 7-8 orang berpakaian buruh pelabuhan mengepung mereka. Salah satu dari mereka terlihat sibuk menelepon sambil sesekali memberi instruksi cara mengepung yang sesuai dengan selera murahan para punggawa Istana.

“Iya nih Pak Kaur Ekonomi, bilangin sama Kades, kalo meriksa kantor saya begitu caranya mending saya mundur saja dari Kantor Pel Desa!” geramnya sambil membanting hape dan berkoar-koar betapa Perusahaan Ngepel Indo untung besar di tangannya, walau entah benarkah di tangannya atau justru di selipan baju bawah tangannya.

“Kau yang bernama Bay Si Pemimpin Bayangan itu…?!” bentaknya tiba-tiba ke Paman Bay.

Paman Bay mengangguk tegas. Matanya tajam menyoroti satu-persatu pengepungnya. “Dan kau pasti Rhino Si Badak Pelabuhan yang kemarin kebakaran jenggot itu.” kecam Paman Bay tandas.

Wajah Rhino yang merah padam semakin murka mendengar sindiran pedas Paman Bay. Tangannya yang sejak mula mengepal berangsur menghitam, dengan buku-buku jari yang mengkilat seperti crane pelabuhan Tanjung Priuk yang sempat mencuri perhatian lalu tenggelam kembali di telan isu yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun