Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 2] Kampung Biadab: Salim Kancil Jilid II serta Tamparan untuk Said Gigu dari Tukang Ngarang di Kompasiana

2 Desember 2015   14:03 Diperbarui: 2 Desember 2015   14:03 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

 

“Tak disangka semua kejadian dunia ini selalu berhubungan dengan emas,” keluh Kaki Sukma kepada Telinga Sukma yang mengiringi perjalanannya. “Baik itu emas hitam maupun emas kuning.”

“Benar, Ki. It’s all about the money, dam… dam… dararam…dam…” timpal Telinga Sukma mengulang refrain senandung Meja. “Bahkan fikber horor inipun tak lebih dari sekedar pertikaian uang.”

Kaki Sukma melenguh sedih. Teringat nasib badan Sukma yang kini hancur lebur tanpa pernah bisa ditemukan siapapun lagi.

“Tapi sepertinya Tangan Kiri Sukma percuma membuat reportasi warga, Ki, karena bisa saja para petinggi dan pemangku kepentingan bertingkah konyol seperti si Said Gigu, dan menganggap fikber ini juga cuma karangan kosong belaka.” lanjut Telinga Sukma.

“Makanya tugas kita harus cepat dilaksanakan, Tel. Agar tak ada lagi orang-orang picik yang menyangka bahwa dunia tak lebih lebar dari upil mereka. Agar mereka paham apa fungsi utama lidah, selain untuk menjilat pantat para petinggi.” gereget Kaki Sukma.

“Memangnya apa sih tugas kita, Ki?”

“Menendang pantat Si Said Gigu! Dan kita akan terus menendang pantatnya sampai songgeng, hingga dia mengecek terlebih dahulu setiap analisa yang dibuat oleh seluruh rekan Kompasianers juga Fiksianers. Agar pantatnya paham apa perbedaan antara mengarang dengan menganalisa, serta menyelipkan pesan tersirat sebagai amanat!”

“Ooh… Eh, tapi, kenapa pantatnya yang harus paham? Kenapa bukan justru otaknya?”

Bukannya menjawab, Kaki Sukma justru beretorika setengah memfilsuf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun