Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 2] Kampung Biadab: Salim Kancil Jilid II serta Tamparan untuk Said Gigu dari Tukang Ngarang di Kompasiana

2 Desember 2015   14:03 Diperbarui: 2 Desember 2015   14:03 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih merasa takjub Sukma mengikuti tarikan lengan kirinya. Bagaimana bisa lengan kirinya menyeret lengan kanannya untuk mengikuti ajakannya? Bukankah itu berarti dirinya mengajak dirinya pergi? Yang entah menuju kemana, karena dia sudah merasa lelah menggunakan akal sehat, dan memilih untuk hanya berjalan sesuai arus, hanya demi mempertahankan setitik kewarasan dari serbuan kegilaan yang bertubi-tubi.

“Kau tunggu saja di sini,” ucap lengan kiri langsung memotes telinga kanan Sukma, dan melayang bersama ke Gedung Kelurahan yang kini tak lagi menjadi representasi warganya.

“Bagaimana urusan Sukma, sudah beres?” seseorang bertanya, membuat Sukma mengernyit alis sebab suara itu amat tak asing bagi dirinya. Suara Pak Lurah Sadikin!

“Dia berhasil lari,” jawab seseorang yang lain, yang langsung menghasut Sukma untuk menggigit bibir sebab suara itu adalah suara ayahnya.

“Saya harap hari ini terakhir kau habisi dia. Reportasenya di kumpulan blog populer milik salah satu perusahaan media terkemuka akan sangat merepotkan kita.”

“Mengapa harus aku yang melenyapkannya?”

“Karena kau adalah ayahnya.”

“Tapi bukankah kau yang menjadi lurah di sini, yang otomatis pula semua warga adalah anak-anakmu? Lagi pula, dia hanya anak pungutku. Anak haram hasil kolaborasi terselubungmu dengan Si Minah. Maka sebutan anak agaknya sudah mulai harus diakhiri.”

Tanpa terasa Sukma menggigit terlalu keras, hingga bibirnya mengucur darah cukup deras.

Jadi… aku cuma anak pungut? Dan Mbok Minah adalah ibuku?

“SIAPA DI SITUUU…?!!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun