Mohon tunggu...
Ahmad Kamiludin
Ahmad Kamiludin Mohon Tunggu... Penulis - Hanya seorang penulis yang berdasarkan buku-buku yang telah dibaca, baik agama, politik, Iptek, dan lain sebagainya.

Mahasiswa UIN KH. Ahmad Shiddiq Jember Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Prodi Ekonomi Syari'ah 2018

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mewaspadai Ajaran Kaum Khawarij yang Diprediksi Rasulullah SAW

26 September 2018   15:39 Diperbarui: 18 Agustus 2019   09:23 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awalnya mereka mengira Khalifah Ali memihak kepada mereka karena telah ditunjuk oleh mayoritas umat Islam. Sementara lawannya adalah kelompok Mu'awiyah bin Abi Sofyan ( anak dari Abu Sofyan ) yang di anggap memberontak pemerintahan yang sah. Akan tetapi, Khalifah Ali dan kelompok Mu'awiyah sepakat untuk bernegosiasi untuk menjaga perdamaian.

Kelompok Ali diwakili oleh Abu Musa Al -- Asy'ari, sedangkan kelompok Mu'awiyah diwakili oleh Amr bin Ash untuk saling bernegosiasi. Hal ini membuat Khawarij kecewa dan membuat mereka mulai membelot dari Khalifah Ali bin Abi Thalib. Mereka menganggap bahwa seharusnya masalah ini dikembalikan kepada Al-Qur'an & As- Sunnah, bukan diselesaikan oleh Manusia. "Tidak ada hukum selain Allah". Prinsip seperti inilah yang mengakar kuat pada tubuh Khawarij.

Setiap Muslim memang harus tunduk dan taat atas ketetapan Allah Swt. Akan tetapi, Kaum Khawarij menjelaskannya dengan cara yang keras dan mereka tidak segan-segan mengkafirkan sesama Muslim yang tidak sejalan dengan mereka. Mereka tak segan-segan melawan Rasulullah, para sahabat, dan para ulama', bahkan tak segan menumpahkan darah sesama muslim sekalipun.

Pemikiran mereka diawali dengan menganggap bahwa orang-orang yang melakukan dosa besar, langsung Kafir. Karena mereka menganggap bahwa orang yang melakukan dosa besar itu melanggar hukum dan ketentuan Allah Swt.

Sedangkan Khalifah Ali bin Abi Thalib langsung membuat kebijakan untuk Kaum Khawarij yang termuat dalam kitab "Tarikhul Umam wal Mulk" karya At-Thabari yang berisi sebagai berikut :

  • Kalian memiliki 3 Hak dihadapan kami :
  • Kami tidak melarang kalian untuk Shalat di Masjid ini
  • Kami tidak menghalangi kalian untuk mengambil Harta Rampasan Perang (Ghanimah) selama kalian ikut berjihad bersama kami.
  • Kami tidak memerangi kalian, hingga kalian memerangi kami. ("At-Thabari, Tarikhul Umam wal Mulk")

Sedangkan, sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Abbas meminta izin kepada Khalifah Ali untuk berunding dengan Khawarij secara langsung dan akhirnya mendapat jawaban mengapa Kaum Khawarij kecewa dan melawan para sahabat Nabi yang intinya sebagai berikut :

  • Ali itu memberikan keputusan hukum kepada manusia, bukan kepada Al-Qur'an dan itu Kafir.
  • Ali itu pernah menang dalam peperangan, tetapi tidak mau menawan dan tidak mau mengambil Harta sebagai Ghanimah. Karena menurut mereka itu seharusnya ditawan dan diambil hartanya sebagai Ghanimah.
  • Ali itu menghapus kata "Amirul Mukminin pada dirinya". Menurut mereka, kalau bukan sebagai Amirul Mukminin, berarti Ali itu "Amirul Kafirin". ( "Budi Ashari, LC" )

Kalau kita amati, permasalahan ini bakal terus berulang bahkan sampai pada zaman saat ini.

Kemudian Abdullah bin Abbas menjawab tuduhan ini dengan cara yang cerdas, tentunya dengan ayat-ayat Al- Qur'an dan sikap yang tenang. Abdullah bin Abbas menjawab "Barang siapa yang membunuh hewan dengan Sengaja, maka dendanya adalah dengan Hewan yang sepadan dengan hewan yang dibunuhnya. 

Lalu beliau bertanya, Manakah yang lebih berharga antara darah kaum Muslimin dengan hanya sebuah kehormatan? Sudah Puas dengan jawaban yg pertama?" Lalu mereka pun menjawab "Iya". Dalam hal ayat, Khawarij memang tidak salah, yakni "Tidak ada Hukum selain Allah". Akan tetapi penafsiran mereka tentang ayat ini, itu "SALAH".

Selanjutnya tuduhan ketika Perang Jamal ( Perang antara Khalifah Ali & Siti Aisyah ), Ali tidak menawan mereka & tidak pula mengambil harta mereka sebagai Ghanimah. Tuduhan Khawarij memang tidak salah, akan tetapi penafsiran merekalah yang "SALAH". Abdullah bin Abbas lagi-lagi menjawab, "Apakah kalian berani menawan Ummul Mukminin, kemudian kalian memperlakukan dia seperti budak yang lain? Atau kalian ingin mengatakan bahwa Aisyah sudah Kafir? Kalau begitu, anda lah yang Kafir. Karena Istri-istri Nabi itu adalah Ibunya orang-orang yang beriman. Sudah dengan jawaban saya yang kedua? Kemudian kaum Khawarij berkata "Iya". ( "Budi Ashari, LC" )

 Kemudian, Abdullah bin Abbas menjawab tuduhan yang ketiga, beliau berkata "Apakah kalian ingat Perjanjian Hudaibiyah? Yakni pada saat Rasulullah SAW. menghapus gelar "Rasulullah" di depan namanya dalam penulisan perjanjian Hudaibiyah dengan Kaum Kafir Quraisy".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun