Mohon tunggu...
Ahmad zaenal abidin
Ahmad zaenal abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjahit kata

Seorang penyulam yang percaya bahwa jahitan kata bisa merubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Stoikisme Al-Hikam dalam Narasi Nobita

28 September 2022   09:34 Diperbarui: 28 September 2022   09:40 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Benarkah bahagia itu kita yang nentuin?

Biarkan pertanyaan ini menggantung, tanpa perlu mencari jawaban, diakhir paragraf, boleh jadi kita menemukan jawaban.

Nobita dewasa boleh jadi tak jauh beda dengan yang kita kenal selama ini, sosok manja yang acap kali gagal dalam kehidupan, penakut dan nyaris tak memiliki bakat khusus, Nobita hanya memiliki cinta, dia ingin melihat orang-orang disekitarnya bahagia.

Nobita menikah dengan Shizuka dan memiliki anak yang masih usia sekolah dasar, tinggal dirumah sederhana dengan dua kamar. Bekerja sebagai karyawan swasta dan punya beberapa penghasilan sampingan dari hobinya maen game.

Nobita beruntung, didampingi istri seperti Shizuka yang setia mendampinginya di tengah aneka kegagalan hidup, walau Shizuka dulu bisa saja memilih dekisugi yang pintar atau Suneo yang kaya, Nobita tetap jadi pilihannya atas alasan sikapnya yang sederhana, tapi kekuatan cintanya luar biasa. 

Walaupun, pilihan yang diambilnya memiliki resiko, hidupnya biasa-biasa saja secara ekonomi, berbeda dengan keluarga Dekisugi yang karirnya moncer atau Keluarga Suneo yang bisnisnya berkembang biak.

Bagi Shizuka, sepanjang Nobita tetap sayang dan setia, semuanya akan baik-baik saja.

Tapi Nobita tetap manusia biasa, yang kerap ceroboh dan mudah percaya pada orang, itulah mengapa kegagalan demi kegagalan kerap dia temui.

Nobita pada suatu titik merenung,tentang masa-masa yang telah lalu, melakukan kontemplasi atas hal-hal yang berada diluar jangkauannya selama ini, perlahan dia sadar, bahwa dia tak bisa memilih dilahirkan dari rahim siapa, terlahir dengan fisik yang payah, atau dari keluarga yang biasa saja.

Perlahan Nobita bisa menerima takdir itu, lalu berdamai dengan kenyataan dan mulai fokus menata masa depan.

Saat diberi pertanyaan filsafat mengenai apa yang membuatnya bahagia, Nobita mulai men-chalange dirinya. Benaknya menjawab rumah. Rumah yang besar yang bisa membuat istri dan anaknya bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun