Mohon tunggu...
Ahmad zaenal abidin
Ahmad zaenal abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjahit kata

Seorang penyulam yang percaya bahwa jahitan kata bisa merubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Paprika dan Bumbu Kehidupan

27 September 2021   19:34 Diperbarui: 27 September 2021   19:55 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karena terkesan dengan penjelasannya soal paprika, aku cicipi paprika yang telah di iris tipis dalam wajan berisi masakan itu.

"Kok kayak cabe, ya, beb. Gak enak." Kataku pelan.

"Ya emang begitu rasanya paprika, kamu ga perlu memakannya kalo gak suka, makan saja dagingnya."

Dengan garfu ditangan kuambil sepotong daging dan mulai mengunyahnya dimulut.

"Enak sayang, aku gak bisa deskripsiin bagaimana rasanya, yang jelas daging kecap ini enak, aku suka." Pujiku tulus.

"Daging ini kayak hidup kita, kalo dimakan mentah ya gak enak, kita perlu bumbu kehidupan seperti garam dan paprika, lalu dimasak dengan api kesabaran, setelah matang, baru disajikan menjadi masakan bernama hikmah."

"Hidup yang lurus-lurus aja gak akan enak, seperti jalan tol tanpa hambatan, membuat setiap perjalanan kita berasa hampa, malah jadi sering ngantuk. sesekali cobalah jalan baru, gak apa-apa jika sesekali tersesat, toh kita dibekali akal agar bisa kembali pulang kan?"
Istriku mulai bermetafora, sambil cubit pipi kananku dengan genit.

Tiba-tiba aku teringat perjuangan kami berdua untuk mendapat restu dari kedua orang tuanya dulu.

Hubungan kami berkali-berkali mendapat penolakan, kedua calon mertuaku khawatir anak gadisnya dipoligami olehku.

Kedua calon mertuaku pada saat itu meyakini bahwa poligami memiliki sifat turunan. Aku akui memang ayah dan kakekku adalah pelaku poligami.

Tapi kami berdua tetap teguh memperjuangkan hubungan kami. Hingga suatu saat jalan restu itu tiba, melalui jalan yang tak diduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun