"Kami di kudeta pak," jawab si pencuri dengan takutnya.
"Di kudeta?" tanya Pak Adi. "Gimana itu kejadiannya?"
Norman mengerutkan wajah, ia bingung untuk menanggapi jawaban dari Si Pencuri tadi. Alhasil, ia hanya menarik diri dari tatapan intimidasinya itu, ia merasa perlu mendengarkan penjelasan dari Si Pencuri. Sebabnya, walaupun bagi dirinya sedikit tidak masuk akal, adalah cerita tersebut runut.
"Ja, Jadi begini pak," kata si pencuri, "peristiwa itu terjadi setelah pemilu. Waktu itu pemilu dilaksanakan untuk memilih Presiden dan Dewan Nasional,"
"Lalu?" tanya Pak Adi dengan penuh penasaran.
"Pada pemilu itu Tuan Hadi Jaya berhasil memenangkan pemilihan, ia adalah orang yang memimpin perlawanan terhadap NKRI dan pendiri Wentira. Kami sangat percaya pada beliau karena dia berpihak pada orang lemah seperti kami. Buktinya, ia membuat peraturan Pemilu yang memungkinkan kami menunjuk langsung kandidat kami dan salah satu temen saya pak yang kerjanya cuma tukang sapu fasilitas umum bisa jadi anggota Dewan Kota. Selain itu, Tuan Hadi Jaya juga menasionalisasi perusahaan yang dulu milik swasta sehingga tercipta lapangan kerja untuk semua orang termasuk saya sendiri," jelas si pencuri.
"Mas jelaskan kembali tentang kudeta itu!" perintah Pak Adi. "Kami tak ingin mendengar cerita Pemilu di negeri kamu!"
"Tapi, Pak!" sahut si pencuri sambil mencondongkan ke depan untuk meyakinkan 2 polisi tadi. "Justru ini yang menjadi penyebab kudeta!"
Bersambung...