Adat istiadat dan budaya serta hal lain yang mempresentasikan sebuah cri khas sebuah daerah akan menjadi daerah tersebut menjadi destinasi wisata.
Kita bisa saja menginap di hotel di daerah kita berasal dan juga menginap di tujuan liburan kita, namun untuk merasakan ciri khas sebuah daerah akan lebih terasa bila kita mengalaminya di tempat asalnya.
Pariwisata dan Pembangunan terkadang saling tidak sejalan dengan tujuan dan visi masing-masing sektor, terkadang membangun fasilitas pendukung bisa jadi mengurangi ciri khas atau kelokalan sebuah daerah.
Dilain tempat, kita jarang melihat ciri khas sebuah pulau tempat kita berlibur dan hanya melihat apa yang tersedia di pulau-pulau lain seperti pantai, air laut dan sinar matahari.
Mungkin saja ada namun dari sisi kita sebagai wisatawan menempatkan pulau sebagai tempat berlibur karena kita ingin berada di pulau tanpa ingin mengetahui ciri khas atau kelolakan dari pulau tersebut.
Dan mungkin pula hanya dari sisi kuliner yang membuat kita ingin eksplor lebih jauh karena adanya sebuah keingintahuan dari kita akan citra rasa makanan lokal, namun selebih itu pasir,pantai dan air laut serta melihat matahari terbenam yang kita incar.
Bangunan-bangunan beton, jalan tol dan infratruktur lainnya sebagai produk pembangunan tidak selamanya sejalan dengan tujuan untuk mempertahankan ciri khas dan kelokalan daerah setempat.
Pada akhirnya daerah tersebut menjadi tidak lain sama dengan atau menyerupai tempat kita berasal dimana kita melihat gedung-gedung dan kepadatan lalu lintas yang biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, perbedaannya hanya terletak pada nama tempat kita menginjakan kaki.
Pernakah kita merasakan ingin meyantap ikan yang segar dan belum masuk lemari es dalam waktu sedetik pun ? apakah kita bisa mendapatkan itu di tempat kita berasal ? atau apakah kita bisa melihat pengerajin sedang menenun di tempat kita tinggal ?
Mungkin pertanyaan-pertanyaan itu tidak muncul bila kita berada dalam contoh satu diatas dimana kita memilih Singapore sebagai tujuan berlibur.