Mohon tunggu...
Ahmad Abni
Ahmad Abni Mohon Tunggu... Guru - Manusia akan mencapai esensi kemanusiaannya jika sudah mampu mengenal diri melalui sikap kasih sayang

Compasionate (mengajar PPKn di MTsN Bantaeng)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Jodoh Lewat Musibah

23 September 2022   11:06 Diperbarui: 23 September 2022   11:37 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu tiba-tiba saja mencekam. Barusan kapal berlabuh, namun sang komandan tidak tampak dalam rombongan penumpang, hanya tujuh orang prajurit saja yang terlihat. Di kamar kapal sudah kosong tak terlihat seorangpun, hanya tampak sampah berserakan di lantai dengan beberapa tumpukan kain dan bantal. Di toilet kapal pun tak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya orang. Semua sudut-sudut kapal telah digeledah dengan cermat. Lagi-lagi komandan tidak ditemukan. Semua saling bertatapan. Seakan-akan tatapan itu mengandung pertanyaan yang sama. "Komandan dimana? mungkinkah ia terjatuh di laut?".

Perjalanan laut kali ini memang membutuhkan nyali super. Tidak seperti biasanya, tidak serupa dengan hamparan karpet merah untuk para sultan. Air laut berdesir dan berbusa. Gelombangnya menghampiri ketinggian rumah. Cukup berat memang karena kapal yang ditumpangi hanya kapal kayu. Itulah alternativ transportasi laut yang ada setelah kapal yang lebih canggih --very-  lebih awal meninggalkan dermaga. Rombongan dari kesatuan yang berbaju coklat itu memang telat sampai di dermaga. Soalnya perintah dari Kepolisian Daerah sifatnya mendadak dan memonya tiba agak kesiangan. Perintah itu mengharuskan rombongan untuk hadir tepat waktu di polda. Tidak ada jalan dan pilihan lain kecuali menyewa kapal kayu itu.

Kesaksian seorang prajurit menjadi simpul keyakinan semua pihak bahwa sang komandan pasti terjatuh di tengah laut. Prajurit itu menuturkan bahwa sang komandan pernah pamit ke toilet seraya buang hajat. Komandan tidak pernah lagi terlihat setelahnya. Bak uap yang hilang ditelan udara. Kapten kapal, dua orang ABK serta tujuh orang prajurit seakan lengah dan luput dengan ketidak-hadiran komandan di tengah-tengah mereka.

 

Jiwa korsa, tanggung jawab, kepedulian, rasa khawatir berbaur menjadi satu di hati para prajurit untuk memutar haluan kapal. Sauh kembali ditarik dari tautannya. Kepulan asap hitam mesin diesel menambah gelap situasi. Proses pencarian telah dimulai. Selat antar pulau disusuri namun tak ada satu pun tanda keberadaan sang komandan. Situasi laut yang tidak bersahabat menambah sulit proses pencarian. Tiga sampai lima kali penyusuran tak membuahkan hasil. Peristiwa ini cepat menjadi kabar hangat sekaligus menghawatirkan. Sudah banyak pihak yang mulai risau akan keselamatan sang komandan.

Pada sisi lain, sang komandan sementara bertaruh dengan maut. Semenjak terhempas dari kapal, tak ada satupun pelampung yang dapat meringkankan perjuangannya. Hanya tangan kosong. Sudah berjam-jam, sang komandan masih mampu bertahan. Berbekal keterampilan berenang saat masih anak-anak membuatnya kini lebih rileks dalam air. Namun alam manusia adanya di daratan, bukan di dalam air. Kekuatan manusia di dalam air ada batasnya. Beda dengan ikan atau hewan semacamnya, habitatnya memang di air.

Kadang pasrah dan kini mengandalkan doa pada Tuhan semoga saja ada keajaiban. Sisa tenaga yang ada cukup bagaimana badan masih bisa mengapung. Tidak boleh melawan arus karena hanya akan membuat tenaga makin terkuras. Baju dan celana luar dicopot untuk mengurangi beban. Alhasil, sang komandan terdampar di sebuah pulau yang tak berpenghuni. Namun untuk mencapai puncak yang posisinya ideal untuk membuat tanda S.O.S harus merangkak melewati tajamnya karang. Kaki dan tangan yang tergores tak terasa perihnya. Darahpun tak banyak keluar mungkin karena kulit yang sudah terlapau pucat. Semuanya seakan tidak dihiraunya. Keselamatan nyawa yang paling utama.

Pertolongan datang dari seorang nelayan yang hendak memacing. Itupun membutuhkan waktu dan upaya untuk meyakinkannya. Apalagi jarak masih berjauhan. Firasat nelayan tidak pernah meleset, sebagaimana para nelayan mampu memprediksi kerumunan ikan apa yang sementara berenang di bawah sampannya. Orang yang ditolongnya itu bukanlah orang biasa. Dia adalah seorang Kepala Kepolisian Resort dari kabupaten kepulauan yang tidak terlalu jauh dari pulau ini. Atas jasa nelayan ini, Kepolisian Resort memberikan apresiasi yang luar biasa dan di undang khusus untuk menerima penghargaan.

Riuh sesak para warga di pelabuhan ingin menyaksikan keadaan sang komandan sekaligus ingin memberikan kontribusinya. Beberapa lembar sarung dari warga dihamparkan untuk menutupi badan komandan. Mobil ambulance sudah menunggu lengkap dengan beragam alat kesehatannya. Kini sang komandan sudah tambah nyaman di atas laju mobil menuju rumah sakit umum di ibu kota kabupaten yang berjarak kurang lebih lima puluh kilo meter.

            

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun