Mohon tunggu...
Ahmad Habibi
Ahmad Habibi Mohon Tunggu... Freelancer - Fulltime writer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Freelance copywriter dan jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merayakan Ulang Tahun Bung Karno, Ketahui Pemikiran Visionernya dari Wacana Ibukota sampai Kecintaan pada Seni

7 Juni 2021   18:25 Diperbarui: 7 Juni 2021   18:32 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Presiden Pertama RI Soekarno memiliki pemikiran yang visioner, memandang jauh ke depan. Sebelum wacana pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan ramai di dunia maya, ide ini sebenarnya sudah pernah dilontarkan oleh Bung Karno tahun 1957. Dia memiliki gagasan untuk memindahkan ibu kota ke Palangka Raya, Kalimantan. Dalam buku Menyingkap Tirai Sejarah Bung Karno & Kemeja Arrow, Asvi Warman Adam menulis bahwa pemikiran ini sangat visioner karena Kalimantan terletak persis di tengah kepulauan Nusantara.

Selain itu, sejarawan LIPI itu menyatakan bahwa Kalimantan tidak termasuk wilayah yang berpotensi terkena gempa seperti halnya Sumatera dan Jawa. Bahkan, Soekarno merancang sendiri denah awal pembangunan ibu kota baru itu. Menurut Asvi, tidak ada niat Soekarno untuk menjadikan area Senayan sebagai lahan bisnis seperti yang terjadi sekarang. Bung Karno, lanjut dia, memikirkan ibu kota yang memiliki sarana yang berbudaya seperti berbagai kota dunia lainnya.

Kecintaan Soekarno pada seni memang sangat menonjol. Kebanyakan ide monumen besar di Jakarta berasal dari Bung Karno. Patung-patung ikonik ini tak hanya memperlihatkan semangat kebangsaan, tapi juga cita rasa seni yang tinggi. Patung "Selamat Datang" salah satunya. Bermula dari obrolan santai si Bung dengan para seniman di teras belakang Istana Negara, Jakarta, pada 1959. Saat itu dia mengungkapkan keinginan membuat monumen yang mewakili karakter bangsa Indonesia demi menyambut pagelaran Asian Games 1962.

Kepada Edhi Sunarso, seniman patung yang turut hadir, Soekarno meminta dibuatkan patung setinggi 9 meter dari bahan perunggu. Edhi terkejut sambil berkata bahwa jangankan 9 meter, 9 centimeter pun tak sanggup karena dia belum pernah membuat patung perunggu.

"Kamu punya rasa bangga berbangsa dan bernegara atau tidak? Coba kamu pikir, apa saya perlu menyuruh seniman asing untuk membuat monumen di dalam negeri sendiri? Sekarang kamu pulang ke Yogya, bicara dengan kawan-kawanmu dan dalam seminggu kembali ke sini untuk menyatakan sanggup," jawab Bung Karno.

Setelah berhasil membangun tugu Selamat Datang itu, beberapa kali Bung Besar menunjuk Edhi untuk mengerjakan proyek-proyek pembangunan monumen patung. Terakhir tahun 1965, Bung Karno meminta Edhi membuat Patung Dirgantara dalam sesosok orang seperti Gatotkaca yang ingin terbang ke angkasa. Sayang, pembangunan patung yang kini lebih dikenal sebagai patung Pancoran itu tersendat sejak meletusnya peristiwa G30S. Namun, Bung Karno tak berhenti memikirkan soal patung ini hingga sebelum menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto bulan Februari 1967, dia kembali memanggil Edhi.

Dari hasil menjual mobil dengan harga Rp 1.750.000, Bung Karno meminta Edhi memasang patung tersebut. Sebelumnya, rumah Bung Karno juga terpaksa diagunkan untuk membeli bahan bangunan. Hingga akhir hayatnya, Soekarno tak sempat melihat patung Dirgantara berdiri. Menurut sejarawan LIPI Asvi, patung ini adalah patung yang tidak terbayar lunas oleh negara dan tidak pernah diresmikan. Kecintaan Soekarno akan seni juga sangat menonjol, dilihat dari koleksi lukisan yang mungkin termasuk koleksi lukisan presiden terbanyak di dunia, yaitu mencapai 2.300 bingkai.

"Kalau melihat koleksinya Bung Karno bisa dilihat, pertama-pertama beliau mengedepankan prinsip keindahan baik itu sosok (manusia) atau panorama alam, keindahan alam, dalam (koleksi lukisan) yang banyak itu ada sosok perempuan yang cantik dan panorama yang cantik," kata Suwarno Wisetrotomo, Kurator Galeri Nasional Indonesia kepada CNN Indonesia, (4/6/2021).

Menurut Suwarno, lukisan yang menggambarkan spirit perjuangan atau revolusi justru tidak terlalu banyak. Dia mengatakan bahwa lukisan juga berperan sebagai medium penyeimbang dalam kehidupan Sukarno yang penuh dualitas, yaitu sebagai penikmat seni dan tokoh politik. Lebih jauh, menurut putrinya, Megawati Soekarnoputri, Bung Besar sangat dekat dengan kalangan seniman, sejak menjalani pengasingan di Ende, NTT, ataupun di Sumatera. Bagi Soekarno, seniman berperan penting dalam mempersembahkan gagasan tentang Pancasila.

"Saya menjadi saksi bagaimana Bung Karno menempatkan peran para seniman tersebut berkaitan dengan tujuan bernegara, menggelorakan nasionalisme, dan patriotisme. Bahkan dalam seluruh karya, para seniman tersebut dapat menggambarkan imajinasi tentang arah masa depan dan cita-cita Indonesia Raya tercinta," kata Megawati saat membuka Pameran Seni Akara secara virtual, di Kantor DPD PDI Perjuangan DIY, Sabtu (5/6/2021).

Sementara itu dalam kesempatan lain, Ketua DPR RI Puan Maharani berharap sosok Soekarno bisa menginspirasi masyarakat dalam pengabdian pada bangsa. Hal ini disampaikan saat mendampingi sang ibu pada peresmian Patung Bung Karno di Lemhannas, Mei 2021 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun