Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Masalah Ketimpangan Kesehatan di Indonesia: Stunting dan Obesitas

26 Januari 2022   14:00 Diperbarui: 27 Januari 2022   02:00 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi posyandu. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Maka setelah dipertimbangkan matang-matang, pada akhirnya aku olah kacang hijau itu menjadi bubur kacang hijau yang dikonsumsi olehku dan para rekan sejawat, termasuk para Anggota TNI dan Polri yang bertugas di sana. 

Rata-rata sehari aku membuat bubur kacang hijau dari bahan kacang hijau sebanyak 1 (satu) kilogram. Gulanya bisa pakai gula pasir, gula aren (enau), gula kelapa ataupun gula lontar (siwalan) yang banyak dijual di pasar tradisional. 

Santan kentalnya aku buat sendiri dari kelapa parut yang diperas. Terkadang juga dibuat menjadi kecambah (tauge) dan pada akhirnya bisa dimakan sebagai lalapan mentah, karedok atau bahan olahan lainnya, misalnya dibuat tauge-tahu (gehu, tahu susur, tahu berontak), tahu-tauge trancam, bakwan (bala-bala, ote-ote), sayur bening tauge, tumis tauge, oseng-oseng tauge dan masih banyak lagi yang lain.

Jadi pada intinya, kelebihan gizi dapat terjadi di kota-kota besar dan kota-kota metropolitan yang pola kehidupannya, terutama pola konsumsi pangannya berubah, banyak mengkonsumsi makanan tinggi kalori, karbohirat, protein dan lemak serta biasanya kurang serat yang berasal dari sayur mayur dan buah-buahan. 

Paling sering kita dapati makanan sampah meskipun halal (fast food, junk food), baik yang kelas lokal, kelas nasional maupun kelas internasional dan anehnya jualan seperti ini sangat laku, laris manis di pasaran, sementara makanan yang tentu saja halal, baik, sehat, menyehatkan dan bergizi (halalan thayyiban) malah kurang diminati. 

Kelebihan gizi yang mengakibatkan masalah obesitas akan tampak lebih tidak sedap dipandang mata jika disertai perut buncit karena banyak mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat, mie instan, lemak, minuman beralkohol atau bersoda.

Sementara kekurangan gizi dapat terjadi di daerah-daerah perkampungan dan pedesaan di pelosok, di pedalaman, terpencil (terisolir), tertinggal, terdepan dan terluar serta rawan. Memang tidak semua jenis gizi yang kurang.

Namun salah satu kurang tentu saja sudah dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, apalagi ini menimpa pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita, khsusunya yang berusia 1000 hari atau 2 (dua) tahun ke bawah.

Kesenjangan atau ketimpangan ini tentu tidak harus terjadi, jika para stakeholder mengerti, memahami dan menjalankan prinsip-pronsip kehiupan yang paling mendasar, yang dahulu disebut 4 sehat 5 sempurna, triguna makanan, makanan seimbang dan lain-lain yang masa kini dikenal dengan istilah Pedoman Gizi Seimbang Indonesia, yaitu berupa  Tumpeng Gizi Seimbang Indonesia, yang terdiri dari makanan pokok; sayur mayur dan buah-buahan; protein, baik hewani, maupun nabati; lemak (minyak), gula dan garam.

Sekali lagi ini menjadi tanggung jawab kita semua, terutama para dokter, khususnya dokter spesialis gizi, para ahli gizi, baik Ahli Madya Gizi (termasuk Technical Registered Dietisien), Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi (termasuk Nutrisionis Registered). Dan kita tahu adanya Kualifikasi Tenaga Gizi di Rumah Sakit, yang terdiri dari:

Registered Dietisien (RD):

  1. RD Kompeten, yaitu nutrisionis atau nutrisionis ahli pertama pada jabatan fungsional dengan syarat tertentu.
  2. RD Spesialis, yaitu RD Kompeten atau RD dengan jabatan fungsional nutrisionis ahli muda dengan syarat tertentu.
  3. RD Advanced, yaitu RD Spesialis atau RD dengan jabatan fungsional nutrisionis ahli ahli madya dengan syarat tertentu.
  4. RD Expert, yaitu RD Advanced berpendidikan magister dan/atau doktor gizi dengan syarat tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun