Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Masalah Ketimpangan Kesehatan di Indonesia: Stunting dan Obesitas

26 Januari 2022   14:00 Diperbarui: 27 Januari 2022   02:00 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi posyandu. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Pemberhentian pertumbuhan meliputi pertumbuhan tubuh dan otak. Penyakit stunting menyebabkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak-anak lain yang seusia dengannya. Penyakit stunting juga menyebabkan keterlambatan perkembangan cara berpikir. Dan tentu saja ini menjadi sebuah masalah serius jika dibirakan terus terjadi. 

Stunting terjadi akibat kurangnya asupan gizi pada anak. Kekurangan gizi ini diawali sejak anak masih di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Kekurangan protein menjadi penyebab paling umum terjadinya stunting. Infeksi akibat buruknya kebersihan lingkungan juga dapat menjadi penyebab stunting. Faktor-faktor yang tidak berkaitan dengan kesehatan juga dapat menjadi penyebab stunting. 

Masalah ekonomi, politik, sosial dan budaya merupakan faktor penyebab stunting yang tidak berkaitan langsung dengan kesehatan tubuh. Kurangnya pemberdayaan perempuan dan penurunan kualitas lingkungan juga menjadi penyebab stunting. 

Terlebih-lebih dalam masa Pandemi Covid-19  dalam waktu kurang lebih 2 (dua) tahun terakhir ini, dengan banyaknya para pekerja swasta dan buruh pabrik yang dirumahkan atau bahkan diputus hubungan kerja (PHK).

Dimana banyak sekali mereka yang menjadi pencari nafkah dan tulang punggung bagi keluarganya, terutama pada pria yang sekaligus menjadi seorang suami bagi isterinya, seorang ayah bagi anak-anaknya dan seorang kakak bagi adik-adiknya yang relatif masih kanak-kanak. 

Pun demikian jika yang terjadi pada wanita yang sedang masa hamil (pregnancy), pasca melahirkan (post partum) atau menyusui anaknya (laktasi). Ancaman kekurangan gizi jelas di depan mata. Dan tentu saja ini membutuhkan perhatian dan bantuan pemerintah. 

Meskipun selama beberapa waktu ini ada berbagai jenis bantuan sosial (Bansos) dan lain-lain, namun nilai nominalnya jauh panggang dari api, yang tentu saja belum cukup memadai bagi kebutuhan gizi bayi, balita dan anak-anak pada masa keemasan (golden age) mereka. 

Jelas ini menjadi tantangan kita bersama, baik keluarga, masyarakat dan pemerintah serta berbagai stakeholder lainnya. Stunting terjadi sejak anak masih di dalam kandungan. Dampaknya baru dapat terlihat ketika anak berusia 2 tahun. 

Seorang anak dapat dikatakan mengalami stunting apabila tinggi badannya kurang dari tinggi badan anak normal seusianya. Standar pengukuran tinggi badan yang digunakan adalah standar yang dibuat oleh Organisasi Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO). 

Stunting mengganggu perkembangan otak dan metabolisme tubuh. Stunting juga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik. Terlambatnya perkembangan otak menyebabkan anak memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak seusianya. 

Stunting juga menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh. Ini membuat anak yang terkena stunting mudah mengalami sakit. Dampak yang lebih parah adalah anak akan berisiko mengalami penyakit diabetes, stroke dan kanker.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun