Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Pemberontakan China di Purwakarta

26 Juli 2020   21:40 Diperbarui: 30 Oktober 2022   08:47 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"......... Penanggalan 9 Rayagung 1247 Hijriyah jatuh pada hari Jumat tanggal 20 Mei 1831 Masehi (Regeeringsalmank Jaar 1831; Pigeaud, 1982 : XV). Hal ini diperkuat oleh keterangan mengenai identitas dan masa pemerintahan Bupati Cianjur pada masa itu, yaitu bernama Dipati Prawiradirdja (bait ke-13). Ada dua orang Bupati Cianjur yang memerintah pada abad ke-19 Masehi dan bernama Raden Adipati Prawiradirdja, yaitu Raden Adipati Prawiradirdja I yang memerintah tahun 1813-1833 dan Raden Adipati Prawiradirdja II yang memerintah tahun 1863-1910 (De Haan, I, 169-176).

Jadi peristiwa pemberontakan tersebut terjadi pada masa pemerintahan Raden Adipati Prawiradirdja I sebagai bupati Cianjur, sedangkan penyusunan karangan mengenai peristiwa itu dikerjakan pada masa pemerintahan Raden Adipati Prawiradirdja II. Sehubungan dengan hal itu, karangan atau teks dalam naskah SD 108 ini disusun setelah sekitar 33 tahun peristiwa terjadi."

Yang jadi masalah adalah keterangan yang berbunyi sebagai berikut: "......... Penanggalan 9 Rayagung 1247 Hijriyah jatuh pada hari Jumat tanggal 20 Mei 1831 Masehi (Regeeringsalmank Jaar 1831; Pigeaud, 1982 : XV). ........."

Padahal sumber-sumber primer berupa arsip dan sumber-sumber sekunder berupa dokumen tercetak Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, telah jelas-jelas menyebutkan tahun terjadinya peristiwa tersebut, yaitu tahun 1832 dan bukan tahun 1831, juga menyebutkan bulan terjadinya peristiwa tersebut (Mei) dan tanggal terjadinya peristiwa tersebut di Purwakarta mulai tanggal 08-09 Mei 1832.

Sedangkan peristiwa yang terjadi di Wanayasa adalah mulai tanggal 10-11 Mei 1832. Adapun peristiwa yang diceriterakan oleh Hadji Moehammad Oemar, yaitu 10 Mei 1832 adalah gambaran peristiwa (deskriptif naratif) akan kedatangan Bupati Karawang R.A.A. Soeriawinata kepada Bupati Cianjur R.A.A. Prawiradirdja I di Pendopo Kabupaten Cianjur seperti telah disebutkan di atas.

Memang selain penanggalan yang disebutkan dalam teks Carita Perang Cina di Tanjungpura Kabupaten Purwakarta tidak lagi disebutkan tanggal-tanggal peristiwa kronologis secara gamblang melainkan disebutkan hanya keterangan waktu, seperti keesokan harinya atau beberapa hari berikutnya atau bagian dari hari seperti dini hari, pagi hari, siang hari, sore hari, petang hari, malam hari dan tengah malam. Lagi pula penanggalan pun pasti akan mengacu pada tahun Hijriyah.

Selain daripada itu terdapat pula sumber manuskrip lain, yaitu : yang berasal dari koleksi Cornelis Marinus Pleyte yang berada di Bagian Manuskrip (Naskah) Melayu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor inventarisasi Plt. No. 46 Peti 121 dengan naskah berukuran 34,5 x 21,5 cm sebanyak 14 halaman. Keadaan kertas masih cukup baik, ditulis pada kertas ber-water-mark dikoleksi oleh Cornelis Marinus Pleyte (1863-1917) yang beralamat di Gang Chaulan 18 Weltevreden, Batavia (sekarang Gambir, Jakarta Pusat).

Sumber sekunder berupa dokumen tercetak, antara lain, yaitu dalam buku karya G. de Seriere (Jhr. ds. Guillaume de Serire), "Mijne Loopbaan in Indie" (Bijlage XVII, halaman 81-121) yang isinya berasal dari sumber primer, yaitu surat (missieve)  (dari) Het Lid in het Hoog Geregtshof Fung. Ommegaan de Regter van de Wester-afdeeling (Get.) T.H. Tobias - Accordeert : Tobias di Tjanjor (Cianjur) tanggal 17 Junij 1832. Beberapa kalimat penting di antaranya dalam bahasa Belanda yang berbunyi sebagai berikut:

".........
"(p. 81) Ter voldoening aan den last, vervat bij uwer Excellenties aanschrijven bij kabinets-missive d.d. 26 Mei No. 968, heb ik mij naar de Residentie Krawang begeven, ten einde aldaar een voorloopig onderzoek te bewerkstelligen nopens den opstand der Chinezen te Tjielankap. .........

(p. 82) Van zelve verdeelt zich mijne taak in twee hoofdgedeeltens. Het eerste betreft den opstand van de Chinezen te Tjilankap; het tweede betreft den doodf van de ongelukkige thee-Chinezen te Waniassa. Omtrent deze laatsen zal ik zeer kort kunnen zijn, daar zij hoegenaamd in den opstand niet betrokken waren, hoezeer hun dood ook een gevolg van denzelve kan genoemd worden, en deze gebeurtenis aan het slot van dit rapport behandelen, om met den opstand te Tjielankap te beginnen. .........

(p. 104) ......... Ja wat meer is, ook daar was oproer onder de Chinezen, en eene aanzienlijke magt van deze natie zoude zich tot een getal van 200, 400, ja volgens sommigen wel 1000 man sterk, te Tanjong Poera bij hen voegen. ........."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun