Rinduku padamu, Yogyakarta, karena aku pernah tinggal lama,
kota perjuangan, kota pendidikan, kota wisata,
kota seni, kota budaya dan kota kenangan,
entah apa lagi sebutan buatmu, Yogya.
Pernah kucintai seorang gadis cantikmu, Yogya,
puteri bangsawan yang tinggal pada sebuah sudut kota,
yang pernah kuajak berjalan di pematang sawah di Sleman,
yang pernah kuajak berjalan di antara pepohonan salak di Kaliurang.
Dia yang pernah mengisi sepenuh hatiku, Yoga,
yang pernah kuajak sarapan pagi gudegmu yang lezat tak terkira,
pada mbakyu-mbakyu, simbok-simbok dan simbah-simbah tua,
di sepanjang jalanan penuh kenangan, Malioboro dari Selatan hingga Utara.
Rinduku pada suasana kota dari pagi hingga sore, dari siang hingga malam,
menapaki trotoar jalanan penuh pedagang cendera mata aneka rupa,
menjejaki emperan demi emperan sekedar menikmati malam dengan jajanan,
rinduku padanya adalah rinduku padamu juga, Yogya dan hari ini aku kembali lagi.