Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pahlawan Nasional Kasman Singodimedjo Si Singa Podium

15 Mei 2019   15:00 Diperbarui: 15 Mei 2019   17:34 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Fanpage Kasman Singodimedjo

Pahlawan Nasional Kasman Singodimedjo bernama lengkap Mayjen TNI (Purn.) Prof.Dr.Mr. H.R. Kasman Singodimedjo lahir di Clapar, Kalirejo, Bagelen, Purworejo, Kedu, Jawa Tengah, 25 Pebruari 1908 (sebenarnya 25 Pebruarai 1904) dan meninggal di Jakarta, 25 Oktober 1982 pada usia 78 tahun. Beragama Islam dan memperoleh pendidikan di:

  1. Volk School (VS, Sekolah Desa);
  2. Hollandsch-Inlandsche School (HIS) met den Bijbel, Kwitang -- Batavia Centrum (Jakarta);
  3. Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Kutoarjo, Purworejo, 1922;
  4. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Magelang, 1 tahun, 1923;
  5. School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA, Bagian Persiapan), Batavia (Jakarta), 4 tahun, 1923-1927;
  6. Algemeene Middelbare School Afdeeling B, Batavia (Jakarta), 10 Mei 1930;
  7. Geneeskundige Hoge School (GHS), Batavia (Jakarta), 2 tahun, 1930
  8. Rechts Hoge School (RHS), Batavia (Jakarta), 1933-20 Agustus 1939 (Mr., 1939, Bagian Sosiologi Ekonomi);
  9. Renseitai (Tentara Pembela Tanah Air, PETA, 1943), Jakarta (Sumber: Daftar Nama Orang Indonesia Yang Paling Terkemuka di Pulau Jawa dan Arsip Nasional Republik Indonesia).
  10. Gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Muhammadiyah, 24 Desember 1967.

Pernah menjadi:

  1. Anggota Pengurus Jong Java, 1923
  2. Pendiri dan Ketua Pengurus Besar Kepanduan Nasional / Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij), Batavia (Jakarta), 1925-1929;
  3. Ketua Umum Jong Islamieten Bond (JIB), Batavia (Jakarta), 1929-1935;
  4. Guru di MULO Kesatriaan, 1932-1933
  5. Guru di MULO Pendidikan Islam, Pondok Rotan, Batavia (Jakarta), 1934-1935;
  6. Ketua Moehammadijah, untuk Batavia & Buitenzorg (Jakarta & Bogor), 1939-1941;
  7. Asisten Dosen Prof. van der Kolf, Rechts Hoge School (RHS), Batavia (Jakarta), 1939-1940;
  8. Pegawai Kantor Pertanian dan Perikanan, Batavia (Jakarta), 1941-1943 (Sumber: Daftar Nama Orang Indonesia Yang Paling Terkemuka di Pulau Jawa dan Arsip Nasional Republik Indonesia).
  9. Daidancho Peta, Jakarta I, 1944-1945;
  10. Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
  11. Wakil Ketua dan kemudian Ketua Badan Keamanan Rakyat (BKR) Pusat 1945 merangkap Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Jakarta, 29 Agutus 1945-10 Oktober 1945;
  12. Pengacara, 1945-1946;
  13. Jaksa Agung RI, 6 November 1945-10 Mei 1946;
  14. Ketua Pengadilan Negeri dan Pengadilan Militer;
  15. Kepala Urusan Kehakiman Tentara, Kementerian Pertahanan RI, 20 Mei 1946-22 Juni 1946;
  16. Menteri Muda Kehakiman RI, 13 November 1947-16 Januari 1948;
  17. Dosen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1948-1950;
  18. Penasehat dan Anggota Delegasi RI ke Konferensi Meja Bundar (KMB), 1949;
  19. Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Yogyakarta,
  20. Sekretaris Jenderal Masyumi;
  21. Wakil Ketua III Pimpinan Pusat Masyumi, 1949-1956;
  22. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI, 1950;
  23. Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
  24. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Muhammadiyah;
  25. Ketua Badan Kontak Organisasi Islam (BKOI) (Sumber: Hidup Itu Berjuang Kasman Singodimedjo 75 Tahun).

Garis keturunan ke atas:

  1. Ayah : H.R. Moehammad Tohir (Singodimedjo);
  2. Kakek : R. Prawirotirto;
  3. Kakek buyut : R. Tjokromenggolo;
  4. Kakek bao : R.T. Rogonojo;
  5. Kakek canggah : R.T. Nilosrobo;
  6. Nenek wareng / jangga wareng : B.R.A. Danoeredjo;
  7. Kakek udeg-udeg : K.Sunan Mangkoerat Agoeng;
  8. Kakek gantung siwur / kait siwur : K.Sultan Agung Hanyokrokusumo;
  9. Kakek gropak sente / gerpak : Panembahan Senopati;
  10. Kakek gedebok bosok / tambak galeng : Ki Gede Pamanahan;
  11. Kakek dengdeng : dst.
  12. Kakek jumbleng : dst.
  13. Kakek amleng : dst. (Sumber: Layang Kekancingan Hasal Husul Kawedanan Darah Dalem).

Isteri:
R. Soepinah Isti Kasiati, 16 September 1909

Putera-puteri:

  1. Rr. Sekarningsih Endahing Warni (Ny. Siam Saputro), 17 Pebruari 1932;
  2. Ir. R. Moehammad Soelaiman Wibisono, 23 Mei 1933;
  3. R. Kodrat Iradat (Bambang Bagus Toko), 7 Desember 1934;
  4. Ir.R. Djoko Bangoen Mertani, 7 November 1937
  5. Rr. Taroeningroem Setiadi (Ny. Kabul, S.H.), 17 Maret 1942 menikah dengan Kol. dr. Kabul Arifin;
  6. Prof. drg. Ny. Dewi Nurul Mustaqimah.

(Sumber: Daftar Nama Orang Indonesia Yang Paling Terkemuka di Pulau Jawa dan Arsip Nasional Republik Indonesia).

Kasman lahir pada tanggal 25 Februari 1908 di Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya adalah H. Singodimejo, yang pernah menjabat sebagai modin (penghulu), carik (sekretaris desa) dan Polisi Pamongpraja di Lampung Tengah. Pendidikan Kasman yang pertama di sekolah desa di Purworejo, kemudian ia melanjutkan ke Hollanda Indische School (HIS) di Kwitang Jakarta. 

Ia pindah ke HIS Kutoarjo, yang kemudian dilanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Magelang. Selain menuntut ilmu, Kasman juga belajar pengetahuan agama kepada K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Abdul Aziz. Setelah menyelesaikan pendidikannya di MULO, Kemudian dilanjutkan ke School Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA) di Jakarta.

Aktivitasnya dalam organisasi dimulai ketika masih belajar di STOVIA dengan masuk dalam organisasi Jong Java. Dalam organisasi ini ia berjuang untuk menjadikan Islam sebagai landasan perjuangan dengan alasan sebagian besar anggotanya beragama Islam. 

Namun usul tersebut ditolak oleh pimpinan Jong Java, kemudian dengan Syamsuridjal, Ki Musa al-Mahfudz dan Suhodo, Kasman mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) dengan ketua pertamanya Syamsuridjal (1925-1926). Di tahun 1926-1930 Wiwoho Probohadidjoyo dan pada tahun 1930-1935 Kasman menjabat sebagai Ketua Umum JIB.

Pada tahun 1937 Majlis Islam Indonesia (MIAI) berdiri sebagai wadah baru bagi perjuangan umat Islam. Pada tahun 1941, Kasman diangkat sebagai agronom pada dinas penerangan pertanian sampai tahun 1943, ketika muncul fase baru yakni pendudukan militer Jepang. 

Jepang memberikan angin segar kepada MIAI untuk mengembangkan kegiatan umat Islam. Sementara itu Jepang ingin memanfaatkan MIAI untuk kepentingannya. Melihat maksud Jepang tersebut, MIAI dibubarkan, selanjutnya dibentuklah wadah baru bagi umat Islam Indonesia yakni Majlis Syuro Muslimin (Masyumi).

Jepang bermaksud menggunakan Masyumi untuk mengerahkan Romusha (sistem kerja paksa) untuk membantu Jepang, kemudian umat Islam mendesak Jepang untuk mendirikan pasukan bersenjata yakni Tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan Kasman menjadi salah satu Daidanchonya (komandan batalyon). 

Ketika memasuki perjuangan menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Kasman sebagai Daidancho Jakarta bersama Daidancho se-Jawa Madura dipanggil ke Bandung oleh pimpinan Jepang. Saat di Bandung, Kasman mendengar bahwa Jepang menyerah dan ia langsung mengadakan pertemuan dengan para Daidancho di hotel kota Bandung. Rapat tersebut tercium oleh pimpinan Militer Jepang dan Kasman diperiksa pada malam itu juga untuk dimintai pertanggungjawabannya. Melihat sikap Kasman yang terus terang itu, ia dibebaskan.

Pada pagi harinya tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan diumumkan dan Kasman yang sedang ada di Bandung memperoleh berita ini dan menyampaikannya kepada para Daidancho untuk segera pulang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Kasman sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diminta untuk segera hadir pada sidang panitia di Pejambon. 

Sidang ini membahas tentang kontroversi tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang berbunyi : "............... dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya." Kontroversi tujuh kata ini menimbulkan ketidakpuasan bagi pihak non muslim (Kristen) yang merasa dianaktirikan. Mereka mengancam untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia dan mendirikan negara Indonesia Timur. 

Tetapi, Kasman dengan segala kemampuan diplomasinya mampu mengatasi polemik yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kasman merupakan orang pertama yang bersedia menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta tersebut. Sikapnya itu kemudian diikuti yang lain, sehingga diputuskan bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 berisi teks yang kita kenal hingga sekarang. (Sumber: Wasirah)

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang kita kenal sebagai Undang-undang Dasar 1945. Maka mulai saat ini, penyelenggara negara didasarkan pada ketentuan-ketentuan menurut Undang-undang Dasar 1945. 

Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai TANGGAL dan HARI LAHIR DPR RI. Dalam Sidang KNIP yang pertama telah menyusun pimpinan sebagai berikut: Ketua Mr. Kasman Singodimedjo Wakil Ketua I Mr. Sutardjo Kartohadikusumo Wakil Ketua II Mr. J. Latuharhary Wakil Ketua III Adam Malik. (Sumber DPR-RI).

Tanggal 10 Nopember 1945 terjadi pertempuran di Surabaya yang menimbulkan banyak korban di pihak bangsa Indonesia. Sehubungan dengan itu KNIP dalam Sidang Pleno ke-3 tanggal 27 Nopember 1945 mengeluarkan resolusi yang menyatakan protes yang sekeras-kerasnya kepada Pucuk Pimpinan Tentara Inggris di Indonesia atas penyerangan Angkatan Laut, Darat dan Udara atas rakyat dan daerah-daerah Indonesia. KNIP telah mengadakan sidang di Kota Solo pada tahun 1946, di Malang pada tahun 1947, dan Yogyakarta tahun 1949.

Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan serentak di medan perang dan di meja perundingan. Dinamika revolusi ini juga dicerminkan dalam sidang-sidang KNIP, antara pendukung pemerintah dan golongan keras yang menentang perundingan. 

Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda telah dua kali menandatangani perjanjian, yaitu Linggarjati dan Renville. Tetapi semua persetujuan itu dilanggar oleh Belanda, dengan melancarkan agresi militer ke daerah Republik. (Sumber DPR-RI).

Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaian perjuangan yang panjang yang melibatkan berbagai komponen bangsa. Salah satu komponen yang memiliki kontribusi terhadap keberhasilan perjuangan tersebut adalah Jong Islamieten Bond (JIB). Di antara tokoh yang ikut membesarkan organisasi ini adalah Kasman Singodimejo.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada 6 tokoh bangsa pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2018, di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 08 November 2018 siang. 

Sebagaimana dilansir dari Setkab, keenam tokoh bangsa yang mendapat anugerah gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123/TK/Tahun 2018 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional tertanggal 6 November 2018 itu adalah:

  1. Almarhum Abdurrahman Baswedan, tokoh dari Provinsi DI Yogyakarta. 
  2. Almarhumah Agung Hajjah Andi Depu, tokoh dari Provinsi Sulawesi Barat. 
  3. Almarhum Depati Amir, tokoh dari Provinsi Bangka Belitung.
  4. Almarhum Mr. Kasman Singodimedjo, tokoh dari Provinsi Jawa Tengah. 
  5. Almarhum Ir. H. Pangeran Mohammad Noor, tokoh dari Provinsi Kalimantan Selatan dan
  6. Almarhum Brigjen KH Syam'un, tokoh dari Provinsi Banten.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Mensesneg Pratikno, Seskab Pramono Anung, Menteri Sosial Agus Gunanjar Kartasasmita, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri PANRB Syafruddin, Menpora Imam Nahrawi, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. 

Usai upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional, Presiden dan Wakil Presiden memberikan ucapan selamat kepada ahli waris dan pendamping penerima Gelar Pahlawan Nasional diikuti oleh pejabat dan tamu undangan yang hadir lainnya. (Sumber: tirto.id).

Kasman Singodimedjo merupakan kakek Penulis satu trah dari garis keturunan R. Tjokromenggolo hingga ke Panembahan Senopati Ing Alogo Khalifatullah Sayyidina Panotogomo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun