Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Pemberontakan Cina Makao di Purwakarta

22 April 2019   16:23 Diperbarui: 16 Mei 2019   13:27 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "......... Tahun 1830 ibu negeri (ibu kota) Krawang pindah ke Purwakarta. Tahun 1832 kerusuhan atau perang kecil, Cina-cina Macao yang kerja di Pangawelan Cilangkap, semua 300 ke Purwakarta habis bikin rusak : bui, kantor  dan lain-lain, lantas ke Krawang, di Tanjungpura disambut Pangeran Alibasah datang dari Betawi (Batavia); ramai perang, Cina kalah mati separuh lari. Tidak lama Regent pangkat Adipati Suriawinata, Patihnya pangkat Temengung Sastranagara. Lain tahun rumahnya kebakaran (terbakar) besar sekali 80 rumah dan lain-lain. ........."

Menurut R. Soeria di Radja yang berjudul "Tjampaka Warna". Buku ini berhuruf Sunda (Hanacaraka) dan berbahasa Sunda. Yang mana di dalamnya ada kisah "Karaman di Purwakarta" (Perang Makao). Terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagai berikut :

"Kerusuhan di Purwakarta   

 Pada tahun 1832 banyak orang yang datang dari negeri Cina, membuka lahan tanah tak bertuan di Cilangkap, wilayah Purwakarta, sengaja datang membuka tanah. Tetapi tak lama setelah datang ke sana (langsung saja) membuat kerusuhan, menyerbu ke Purwakarta terus ke Karawang. Peristiwa penumpasan kerusuhan itu digubah dikarang menjadi lagu oleh pengiring atau ajudan Dalem Cianjur saat itu yang ikut mengalami sendiri seperti yang tercantum di bawah ini : ........."

Asmarandana

kepada Tuan Residen di loji, / Anda segera memerintah (mengatur), / sanak saudara kumpulkan semua! / Di dalam kanda tunggu, / Untuk menghadap, / Kepada Tuan Residen Cianjur!" / Tiba-tiba datanglah upas. /

Bupati segera berkata lagi : / "Haji segeralah (pergi)!" / Raden Haji Muhyi menghormat, / menyembah sambil terus pergi, / Upas memberi tahu, / Katanya, "Paduka dipanggil, / oleh Tuan Residen ke seberang." /

Semula Bupati telah menyiapkan, / kereta segera dinaiki, / Baru saja di dekat kantor, / lonceng bedug telah berbunyi, / gong dibunyikan di jalan, / Riuh rendah bergerak tergesa-gesa, / orang-orang simpang siur. /

Bupati telah tiba di loji, / Kemudian berbicara, / dengan Tuan Residen, / dan Bupati Purwakarta. / Semua telah sepakat, / akan berangkat pukul tiga, / Sejak siang hari ini, /

Tak lama berada di loji, / lalu naik kereta, / yang dua Regent (Bupati) duduk berdampingan, / Sesampainya di pendopo, // di dalam telah (nampak) hadir, / rakyat yang muda yang tua, / berkumpul bersalaman. /

Bupati Purwakarta berpindah, / ke masjid dekat pendopo, / serta berganti pakaian, / satu stel tidak kurang, / Sekarang ganti tembang, / Durma menggantikan pupuhnya, / yang melanjutkan cerita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun