Mohon tunggu...
ahmad daenuri
ahmad daenuri Mohon Tunggu... Guru - Peneliti

Peneliti dan Ketua di lembaga Peneliti dan Pegiat Pendidikan Pacasila dan Kewarganegaraan (P4Kn), dan Founder dari Royal advocate Foundation, lembaga yang mendedikasikan diri untuk pembelaan terhadap kejahatan penghilangan dan pembunuhan karakter para tokoh dalam sejarah Islam oleh rezim penguasa dari jaman ke jaman.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ufuk Langit Berwarna Merah Darah Jalaludin As-Suyuthi, Terjadi di Cina!

15 Mei 2022   11:55 Diperbarui: 15 Mei 2022   17:08 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : depok.inews.id

Ufuk Langit merah darah Jalaludin As-Suyuthi, terjadi di cina!

oleh : Achmad Daeenuri, SH,.M.Pd

Video menunjukkan langit merah di Cina hari Sabtu (7 Mei 2022), penduduk Zhoushanmenyaksikan langit berwarana merah darah. Ketika video menyebar dan kepanikan meluas mencengkeram kota, televisi dan media menggambarkan bahwa langit merah darah disebabkan "pembiasan cahaya alami daripada efek buatan manusia."

Fenomena langit nerwarana merah darah bukanlah hal baru, sejarah mencatat tahun 1770, di mana langit berubah jadi merah selama sembilan hari. Sebuah dokumen di Perpustakan London terjadi langit merah dan Hujan seperti darah pada tanggal 26 November 1858.

Dalam literature Islam Langit berwarna merah darah terjadi pada 10 Muharam 61 H, meskipun banyak ulama dan sejarawan islam menilai ini sebagai tahayul dan khurafat serta berlebihan, karena dikaitkan dengan  kezaliman terbesar umat manusia yang mebunuh cucu nabi Muhamad SAW, Al Husain ibnu ali ibnu Abi Thalib.

Pada hari terbunuhnya Husein, Imam Suyuthi mengatakan dunia seakan berhenti selama tujuh hari. Mentari merapat laksana kain yang menguning. Terjadi gerhana matahari di hari itu. Langit terlihat memerah selama 6 bulan.

Kisah Husein, Cucu Nabi yang Terbunuh Tragis pada 10 Muharram Sayyidina Husein bin Ali bin Abi ThalibLelaki itu berusia sekitar 58 tahun. Pada hari kesepuluh bulan Muharram, di tahun 61 H, selepas menunaikan shalat subuh, dia bergegas keluar tenda dan menaiki kuda kesayangannya. Pria itu menatap pasukan yang tengah mengepungnya. Mulailah dia berpidato yang begitu indah dan menyentuh hati: "Lihat nasabku.

Pandangilah siapa aku ini. Lantas lihatlah siapa diri kalian. Perhatikan apakah halal bagi kalian untuk membunuhku dan menciderai kehormatanku. "Bukankah aku ini putra dari anak perempuan Nabimu? Bukankah aku ini anak dari washi dan keponakan Nabimu, yang pertama kali beriman kepada ajaran Nabimu? "Bukankah Hamzah, pemuka para syuhada, adalah Pamanku? Bukankah Ja'far, yang akan terbang dengan dua sayap di surga, itu Pamanku? "Tidakkah kalian mendengar kalimat yang viral di antara kalian bahwa Rasulullah berkata tentang saudaraku dan aku: "keduanya adalah pemuka dari pemuda ahli surga"? "Jika kalian percaya dengan apa yang aku sampaikan, dan sungguh itu benar karena aku tak pernah berdusta. Tapi jika kalian tidak mempercayaiku, maka tanyalah Jabir bin Abdullah al-Anshari, Abu Sa'id al-Khudri, Sahl bin Sa'd, Zaid bin Arqam dan Anas bin Malik, yang akan memberitahu kalian bahwa mereka pun mendengar apa yang Nabi sampaikan mengenai kedudukan saudaraku dan aku. "Tidakkah ini cukup menghalangi kalian untuk menumpahkan darahku?"

Kata-kata yang begitu eloknya itu direkam oleh Tarikh at-Thabari (5/425) dan Al-Bidayah wan Nihayah (8/193).

Namun mereka yang telah terkunci hatinya tidak akan tersadar. Pasukan yang mengepung atas perintah Ubaidullah bin Ziyad itu memaksa pria yang bernama Husein bin Ali itu untuk mengakui kekuasaan Khalifah Yazid bin Mu'awiyah. Ibn Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah bercerita bagaimana Sayidina Husein terbunuh di Karbala pada 10 Muharram (asyura). Pasukan memukul kepala Husein dengan pedang hingga berdarah. Husein membalut luka di kepalanya dengan merobek kain jubahnya. Dan dengan cepat balutan kain terlihat penuh dengan darah Husein. Ada yang kemudian melepaskan panah dan mengenai leher Husein. Namun beliau masih hidup sambil memegangi lehernya menuju ke arah sungai karena kehausan. Shamir bin Dzil Jawsan memerintahkan pasukannya menyerbu Husein. Mereka menyerang dari segala penjuru. Mereka tak memberinya kesempatan untuk minum.

Ibn Katsir menulis: "Yang membunuh Husein dengan tombak adalah Sinan bin Anas bin Amr Nakhai, dan kemudian dia menggorok leher Husein dan menyerahkan kepala Husein kepada Khawali bin Yazid." (Al-Bidayah, 8/204).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun