Mohon tunggu...
Ahmad Nizar Chamdani
Ahmad Nizar Chamdani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Brawijaya, Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integrasi Iman dan Ilmu

7 Desember 2021   23:00 Diperbarui: 7 Desember 2021   23:02 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ayat Al-Qur'an hendaknya dijadikan sebagai landasan teori (grand theory) dalam penyelidikan dan penelitian ayat-ayat Allah yang tersebar di alam, diri manusia, dan sejarah. Maka temuan-temuan tersebut yang harus dipakai untuk menjustifikasi kebenaran kalamullah yang tersurat di dalam Al-Qur'an. Seandainya penelitian ilmiah menggunakan prosedur sebagaimana yang diungkapkan Al-Qur'an maka dapat dikatakan ia merupakan seorang yang ulul albab. Yakni, orang-orang yang tidak hanya berdzikir dalam keadaan duduk, berdiri, dan berbaring, tetapi juga mereka berpikir, meneliti, dan merenungkan fenomena alam semesta, diri manusia, dan sejarah.

Jadi, dalam perspektif Al-Qur'an ilmu pengetahuan itu mendukung keimanan manusia kepada Allah Swt.. Islam adalah agama yang snagat menekankan pentingnya mengembangkan ilmu pengetahuan. Sehingga ketika islam mencapai puncak kejayaan, ilmu pengetahuan juga mencapai puncakkeemasan yang ditandai dengan lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar yang berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang saat ini dikembangkan oleh para ilmuwan barat.

Dari berbagai penjelasan tersebut, tidak diragukan lagi bahwa islam merupakan agama yang ilmiah dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan akhir dari segala hal tersebut adalah untuk memahami kebesaran Allah swt. sehingga semakin bertambah keimanan seseorang terhadap ajaran agama islam. Dan pada akhirnya mampu menegakkan kalimat-Nya di muka bumi ini sebagai khalifah fil ardh (Susanto, 2012).

Salah satu ayat yang menjelaskan tentang integrasi iman dan ilmu adalah QS. Al-Mujadilah ayat 11. Allah Swt. berfirman yang artinya:

"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".
(QS.aL-Mujadalah/ 58: 11).

Nilai-nilai yang terkandung dalam ayat tersebut diantaranya:

  • Perintah bersikap baik (Toleransi) terhadap sesama, misalnya dalam suatu majlis, "Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, "Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu." Artinya akan ada balasan setimpal dari Allah
  • Ayat diatas masih merupakan perintah tuntunan akhlak, yaitu menyangkut perbuatan dalam suatu majlis, bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam suatu majlis.
  • Pentingnya memiliki ke-Imanan yang tinggi, bahwa iman memberi cahaya pada jiwa dan Allah SWT akan angkat derajat orang beriman.
  • Nilai lainnya adalah wajibnya ber-Ilmu pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan memberi sinar pada mata, dalam arti ilmu pengetahuan "terbatas pada materi yang dapat ditangkap oleh panca indera atau masalah-masalah rasional yang dapat dipahami oleh akal saja. Mereka tidak mempercayai berbagai sumber ilmu pengetahuan yang lain selain kedua sumber diatas" (Qardhawi, 1997).

Dari kerangka pemikiran tersebut, terdapat beberapa nilai integrasi iman dan ilmu yang terkandung, diantaranya:

  • Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang "beriman", yang taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menciptakan suasana damai, aman dan tentram dalam masyarakat. Maka nilai-nilai Ilahi, agama dan wahyu didudukan sebagai sumber konsultasi, sementara aspek-aspek kehidupan lainnya didudukan sebagai nilai-nilai insani yang mempunyai relasi horisontal lateral atau lateral sekuensal yang harus berhubungan vertikal linear dengan nilai-nilai Ilahi atau agama" (Muhaimin, 2001).
  • Demikian pula, Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang "berilmu" yang menggunakan ilmunya untuk menegakan kalimat Allah SWT. "Berarti Islam memang memotivasi kepada manusia untuk giat menuntut ilmu pengetahuan, karena dengan hal itu kedudukan kita akan tinggi dalam pandangan Allah SWT. Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah SWT" (Nata, 2002).
  • Kemudian orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT ialah "orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu yang diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya". Memang ada orang yang diangkat Allah SWT derajatnya lebih tinggi dari pada orang kebanyakan, "yaitu karena Imannya dan karena Ilmunya. Setiap hari pun dapat kita melihat raut muka, pada wajah, pada sinar mata orang yang beriman dan berilmu. Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang arif dan bijaksana. Akan tetapi kalau tidak diamalkan sesuai perintah Allah maka akan sia-sia saja" (Wahyudin, 2014).

Didalam ajaran agama islam, nilai keimanan dan ilmu pengetahuan harus diseimbangkan. Jadi kita sebagai umat muslim harus menyeimbangkan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan melalui sistem yang terencana. Untuk menerapkan integrasi iman dan ilmu perlu melalui uji kebenaran ilmu dan metodologi yang disebut dengan sekuler.

Salah satu langkah untuk menerapkan integrasi iman dan ilmu adalah melalui ajaran pendidikan islam. Dengan sarana Pendidikan Islam seharusnya kita mampu mengintegrasikan pendidikan qalbiyah (Afektif) yang selalu beriringan dan berinteraksi dengan pendidikan Aqliyah (Kognitif) serta perlu diimbangi dengan nilai-nilai amaliyah (Psikomotorik), sehingga dapat menciptakan perilaku manusia yang religius, memiliki integritas dan kecerdasan.

Dengan perpaduan tersebut islam akan benar-benar ditempatkan sebagai sumber semua ilmu, sistem pendidikan dan sistem sosial dan kedua sistem itu harus dipadukan secara integral dari rumusan filosofis, sistem metodologi, kurikulum, materi, manajemen. Kemudian sistem pendidikan itu juga harus diisi semangat Islam yang berfungsi sebagai bagian integral dari program idiologisnya, sehingga pendidikan Islam dapat menghasilkan intelektual muslim dan mujtahid-mujtahid yang memiliki wawasan intelektual yang unggul.

Integrasi antara pendidikan qalbiyah dan aqliyah akan dapat membangun
dan melahirkan kualitas perilaku manusia yang unggul (insan kamil) yaitu, manusia
yang memiliki ideologi, pengetahuan, idealisme, menghargai dan mentaati hukum,
menghargai hak asasi manusia, menghargai perbedaan (pluralisme), memiliki etos
kerja, memiliki citacita perjuangan, serta siap membangun dan mewujudkan tatanan
dunia yang rahmatan lil 'alamin (Taufik, 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun