Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ampo: Warisan Budaya Jawa yang Sarat Makna dan Tradisi Unik

10 Juni 2025   06:01 Diperbarui: 10 Juni 2025   06:01 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ampo, juga dikenal dengan nama napal atau nampal, adalah makanan atau camilan tradisional khas dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama dari wilayah Tuban. Makanan ini memiliki keunikan karena bahan utamanya adalah tanah liat murni tanpa campuran bahan lain.

Meskipun terdengar tak lazim bagi sebagian orang, ampo telah menjadi bagian dari tradisi turun-temurun, terutama di kalangan masyarakat pedesaan Jawa. Bahkan, camilan ini kerap dikonsumsi oleh wanita hamil, karena dipercaya memiliki khasiat tertentu.

Asal-Usul dan Tradisi Konsumsi

Kebiasaan memakan tanah atau lempung dikenal sebagai geofagi, sebuah praktik yang juga ditemukan di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara beriklim tropis dan hangat. Meski jarang diakui secara terbuka, konsumsi tanah sebagai bagian dari budaya atau pengobatan tradisional tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di Afrika, Amerika Latin, dan sebagian wilayah Asia.

Dampak Kesehatan

1. Mitos dan Kepercayaan

Masyarakat Jawa meyakini bahwa ampo dapat menguatkan sistem pencernaan dan berfungsi sebagai obat tradisional untuk beberapa penyakit. Tak sedikit yang menganggap konsumsi tanah liat sebagai cara alami untuk "menetralisir" kondisi tubuh yang tidak seimbang.

2. Manfaat Ilmiah

Beberapa penelitian menemukan bahwa tanah liat steril dapat menenangkan perut, serta mengikat zat-zat berbahaya seperti mikrob, patogen, dan virus. Dalam kondisi tertentu, tanah liat berfungsi seperti masker lumpur untuk usus, memberikan perlindungan sementara terhadap infeksi.

3. Risiko dan Bahaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun