Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Korupsi di Indonesia: Akar Budaya, Politik, dan Sistem Hukum yang Lemah

31 Mei 2025   16:34 Diperbarui: 31 Mei 2025   16:34 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
blog.cartoonmovement.com

Korupsi di Indonesia merupakan masalah yang kompleks dan telah mengakar sejak zaman penjajahan hingga era modern. Meskipun para pejabat publik, termasuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), menerima gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, praktik korupsi masih marak terjadi. Fenomena ini tidak hanya disebabkan oleh faktor individu, tetapi juga melibatkan aspek budaya, politik, dan kelemahan sistem hukum yang saling berkaitan. Berikut adalah beberapa faktor utama yang mendorong maraknya korupsi di Indonesia:

Budaya dan Nilai Sosial

1. Dukungan Keluarga dan Lingkungan Sosial

Dalam banyak kasus, perilaku korupsi tidak hanya ditoleransi oleh keluarga dan lingkungan sosial, tetapi juga didorong. Alih-alih memberikan nasihat untuk hidup jujur dan bersih, beberapa keluarga justru mendukung praktik korupsi demi memperoleh kekayaan dan status.

2. Norma Sosial yang Salah Kaprah

Masyarakat cenderung menghargai kekayaan dan status sosial tanpa mempedulikan cara memperolehnya. Tekanan sosial untuk tampil sukses sering kali mendorong individu mengambil jalan pintas melalui praktik-praktik koruptif.

Faktor Politik

1. Politik Uang

Banyak pejabat publik merasa harus mengembalikan investasi politik yang dikeluarkan selama kampanye. Akibatnya, mereka terjebak dalam praktik korupsi demi membayar "hutang politik", sehingga kepentingan rakyat sering diabaikan.

2. Nepotisme dan Kolusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun