Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dukun dalam Budaya dan Tantangan Modern: Antara Tradisi, Kepercayaan, dan Realita

12 Mei 2025   07:38 Diperbarui: 12 Mei 2025   07:38 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/ssdecmedia

Dukun telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara. Sebagai penyembuh tradisional, perantara spiritual, hingga penasihat adat, mereka memainkan peran penting sebelum masuknya sistem medis modern. Namun, di tengah kemajuan zaman, kepercayaan terhadap dukun tetap bertahan, meskipun seringkali menimbulkan berbagai dampak negatif. Artikel ini akan mengupas asal-usul dukun, alasan masyarakat masih mempercayainya, praktik serupa di luar negeri, dampak negatif, serta solusi untuk mengurangi ketergantungan pada dukun.

Asal-Usul Dukun

Istilah "dukun" dipercaya berasal dari bahasa Persia, yaitu "dehqhan" yang berarti orang desa yang berpengetahuan dan memiliki keahlian khusus. Dalam konteks sejarah Indonesia, dukun telah dikenal sejak masa sebelum kedatangan tenaga medis profesional. Mereka bertugas menyembuhkan penyakit, memecahkan masalah spiritual, serta memimpin ritual adat. Dengan menggunakan ramuan herbal, doa, dan mantra, dukun menjadi tokoh sentral dalam kehidupan masyarakat tradisional.

Mengapa Masyarakat Masih Mempercayai Dukun?

Walau dunia medis terus berkembang, praktik perdukunan tetap hidup di banyak daerah. Beberapa alasan utamanya adalah:

  • Aksesibilitas dan Biaya: Layanan dukun seringkali lebih mudah dijangkau, baik secara geografis maupun finansial, dibanding layanan medis modern.

  • Kepercayaan Budaya dan Tradisi: Kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan ajaran leluhur membuat masyarakat merasa lebih dekat dan aman berkonsultasi dengan dukun.

  • Stigma terhadap Gangguan Mental: Banyak masyarakat masih menganggap gangguan psikologis sebagai akibat santet atau gangguan roh, sehingga lebih percaya pada dukun daripada psikiater.

  • Keinginan Solusi Instan: Beberapa orang lebih tertarik pada solusi cepat tanpa prosedur medis yang dianggap rumit dan memakan waktu.

Apakah Dukun Hanya Ada di Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun