Pemilihan jurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA) selalu menjadi proses yang kompleks bagi siswa. Mereka tidak hanya harus mempertimbangkan minat dan bakat pribadi, tetapi juga menghadapi tekanan dari orang tua, teman sebaya, hingga masyarakat. Sering kali, pilihan jurusan dianggap sebagai penentu masa depan, yang menyebabkan siswa merasa tertekan dan bingung dalam mengambil keputusan.
Penjurusan di SMA memang dapat menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, sistem ini memungkinkan siswa untuk lebih fokus pada bidang yang mereka minati dan mempersiapkan diri menuju pendidikan tinggi atau karier tertentu. Namun, di sisi lain, penjurusan juga bisa mengekang ruang eksplorasi siswa, terutama bagi mereka yang memiliki minat di lebih dari satu bidang. Dalam sistem yang kaku, siswa bisa merasa kehilangan kesempatan untuk berkembang secara menyeluruh.
Penjurusan Akan Dihidupkan Kembali
Baru-baru ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengumumkan bahwa sistem penjurusan di SMA akan dihidupkan kembali. Penjurusan yang mencakup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa ini akan kembali menjadi bagian dari kurikulum SMA, menggantikan sistem yang sebelumnya dihapus oleh Mendikbud Ristek periode 2019--2024, Nadiem Makarim.
Menurut Mu'ti, keputusan ini diambil untuk menunjang pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang dirancang menggantikan Ujian Nasional (UN). TKA akan menguji mata pelajaran sesuai jurusan, seperti Matematika dan Bahasa Indonesia untuk seluruh jurusan, serta pilihan mata pelajaran tambahan seperti Fisika, Kimia, atau Biologi untuk jurusan IPA.
Menjawab Kebutuhan Perguruan Tinggi
Mu'ti menyampaikan bahwa kebijakan ini juga didasarkan pada masukan dari berbagai pihak, termasuk Forum Rektor Indonesia dan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia. Banyak perguruan tinggi menyatakan kekhawatiran karena sejumlah mahasiswa diterima di program studi yang tidak sesuai dengan latar belakang akademik mereka selama di SMA.
Misalnya, mahasiswa dengan latar belakang IPS diterima di fakultas kedokteran, yang notabene memerlukan dasar kuat di mata pelajaran IPA. Hal ini, menurut Mu'ti, berpotensi menyebabkan kesulitan besar dalam proses perkuliahan.
Dengan mengembalikan penjurusan, pemerintah berharap siswa akan memiliki landasan akademik yang lebih sesuai dengan jurusan yang mereka ambil di perguruan tinggi. Ini diharapkan dapat mengurangi angka mahasiswa yang kesulitan mengikuti perkuliahan karena tidak memiliki bekal akademik yang relevan.
Bukan Masalah Personal