Mohon tunggu...
Ahmad Shodiqy
Ahmad Shodiqy Mohon Tunggu... Editor - Deky Ahmad

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aurora

10 Oktober 2019   21:56 Diperbarui: 10 Oktober 2019   22:00 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan terakhir diawal bulan membentuk lambaian langit pada kota yang berpura-pura bahagia
serta tabah dalam jajah.
Kau sesekali runtuh penaka gedung-gedung tua yang menyesal pernah dibangunkan terlalu dini,
mereka belum siap untuk abad-abad rana.
Sementara,
rindu ini sudah menggonggong yang menyolok pada tuannya.

Kepulangan tak diijinkan. datang_ketidakpedulian adalah sejauh-jauhnya kepergian.
Kita menjadi sepasang tundungan yang saling mengusir,
Berebut jalan yang sengaja dibuntukan.
Namun jika pun kelabu tidak lagi warna,
Genapmu selalu seganjil kembang tujuh rupa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun