Mohon tunggu...
Ahmad Syaifullah
Ahmad Syaifullah Mohon Tunggu... -

Hanya Aku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Masa Lalu

21 April 2013   11:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:51 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Inilah aku yang hidup dari belenggu kenangan masa lalu, tetap menoreh kebelakang meski tangan-tangan masa depan menggapai untuk mengajakku bermain dalam mimpi dihari esok. Aku terdiam kaku dalam buaian certia lalu, meski orang-orang berlari mengejar kenangan indah dimasa depan.

Rembulan menduduki singgasana malam tatkala kenangan itu berteriak dalam sepinya ruang dengan dinding-dinding yang dilapisi air mata kesedihan. Dalam suasana lelap hingga fajar hadir bersama kokok ayam dipagi hari. Aku meneguk sedikit tetesan embun syurga, dari kolam-kolam pemandian dewi asmara yang telanjang menari-nari diatas bebatuan.

Inilah aku yang hidup dalam hari kemarin, masa-masa indah yang hanya menjadi debu dan kemudian terbang terbawa angin rindu. Aku menyelami air mata yang menggenang dan menetes diatas dada. Dari bisikan bintang-bintang yang menggumam. Melangkah menaiki tangga nirwana hingga jiwa lelah dan terdiam pasrah. Nirwana terindah yang kujadikan istana dengan dinding dan lantai yang megah. Menaburkan benih bunga dan kemudian tumbuh menjadi taman kupu-kupu dengan sayap yang berkilau warna. Dan aku, hanyalah ilalang liar dari kumpulan semak-semak yang tumbuh dalam taman syurga itu.

Aku memegangi jemari masa lalu dan mendekap tubuh halusnya dengan penuh gairah cinta. Dan seakan bercumbu dengan kekasih yang hidup dalam khayalanku. Aku adalah secarik kanvas buram yang tak dilukiskan oleh para seniman, bahkan tak setetespun tinta hitam tergores dan mewarnai aku.

Inilah aku yang terus hidup dalam ruang masa lalu. Mengenang paras cantik yang dihinggapi senyuman manis yang terkadang bersedih dan menangis.

Inilah aku yang tak akan terlepas dari kenangan masa lalu yang mengikat. Hingga nanti kenangan itu terlupa dan tak dapat lagi ku ingat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun