Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jalan Setapak dalam Kerlip Temaram Lampu

17 April 2021   09:49 Diperbarui: 17 April 2021   10:16 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup ini seperti alir mengalir , ada riaknya, ada batu dan juga dipenuhi berkah oleh daun-daun yang mengalir sepanjang sungai. Indahnya rerumputan hijau , kecil mengukir garis di sepanjang jalan setapak yang aku lalui. Sapaan orang lalu lalang kunikmati sebagai wujud syukurku aku masih sehat sejauh ini. Masih waras untuk bisa menikmati karunianya dalam bentuk apa saja.

Semilir angin menjadi puisi kehidupan yang tak pernah putus tentang arti nikmat. Tumpukan daun menjadi pertanda kebesaranNya yang mengatur segala kejadian. Bahkan semut hitam di malam hari pun tak lena dari rencana perjalan hambaNya.

Ini hari ke -25 aku menempuh tugasku. Semua jadi terasa indah dalam pandanganku sebagai mahluk lemah yang butuh bimbinganNya. Satu demi satu Dia persiapkan orang-orang terbaik dan juga moment terindah yang harus kulewati. Meskipun jalan setapak ini juga ada kerikil dan onak duri tetapi tetaplah harus kulalui dengan segenap optimisme untuk terus menuju ke poin yang Dia rencanakan.

Hembusan angin meniupkan aroma tanah basah setelah tersiram hujan. Aroma khasnya membawaku ke masa kecil. Tentang seorang anak yang bercita-cita sederhana, menjadi periset yang membantu menolong orang lain menyelesaikan masalah atau membantu alam mendapatkan kedamaian dalam hijaunya.

Jalan setapak itu kian melebar. Memberiku pandangan yang lebih luas tentang esensi alam sekitar. Beragam orang silih berganti kutemui. Ada senyum manis, bibir cerah memberikan salam. Ada juga muka masam , mata garang memandang dan diliputi kebencian. Bahkan ada juga yang tanpa diminta menyediakan diri untuk bersama membantuku menapaki rute  yang kutuju.

Sungguh, tak pernah kubedakan manusia bagaimanapun mereka bersikap. Selalu ada yang bisa kuambil hikmahnya dari cara mereka. Cerminku saat aku lupa pada alphaku atau nasehatku pada saat aku khilaf dan salah. Bahkan mungkin juga menjadi arahku pada saat aku kelimpungan mencari tanda jalan yang benar.

Perjalanan ini masih panjang dan akan selalu butuh teman. Mereka hadir sesuai porsinya, ada yanga menjadi Matahari, Bulan , Bintang , lampu atau bahkan hanya angin yang menghibur. Setiap orang berdiri pada style nya masing-masing. Sudah kubuktikan bagaimana kolaborasi yang indah dan juga daya kritis yang nyaman menjadikan langkahku di jalan setapak dan kerlip temaram lampu ini sampai pada tujuan.

Sungguh indah saat aku dilingkungi oleh mereka yang rela berbagi atas nama kemanusiaan dan cinta sesama. Tanpa memandang posisi dan juga kemampuan serta jabatan sesaat. Sungguh syahdu ketika ungkapan hormat kita tujukan dengan tulus tanpa embel-embel derajat dan pangkat. Karena itu akan lebih abadi dan nyaman di hati.

Di jalan setapak ini telah kutemui mereka semua , seperti syurga dunia walaupun sementara. Indahnya berbagi dalam keharmonisan tanpa jeda. Semoga langkahku sebentar lagi sampai dan aku masih sempat diberi kesempatan untuk menolong mereka yang membutuhkan , dengan apa yang mampu aku sampaikan dan berikan.

Jalan setapak dengan temaram lampu kini telah berlalu, di ujung mata memandang aku melihat kawan-kawanku yang menyambutku dengan cinta dan kemanusiaan tanpa membedakan. Sungguh mereka memang telah dipersiapkan untukku. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun