Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Engkau, Sahabat atau Penghianat?

9 Maret 2019   19:35 Diperbarui: 9 Maret 2019   19:41 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Pexels

Ketika kalimatmu satu demi satu menghapus fakta.Ketika janjimu hari demi hari tak bermakna.Maka kuputuskan aku berhenti dari pencarian.Tentang indahnya berbagi rasa dan masa.

Menegurmu seperti menahan badai dan terus berputar dalam puting beliung. Memusnahkan doa yang hendak kutangkupkan. Memenjarakan harap yang akan kusampaikan. Maka tak ada kata lain selain berhenti dari ketidakpastian persahabatan.

Mendengar ocehanmu yang tak lagi punya hakiki. Memutarbalikkan fakta. Opini tak lagi dihargai. Padahal aku sudah membagi dalam kelayakan sebuah wacana untuk kau amati, dengar dan rasakan. Tapi matinya hatimu musnahkan semua akal dan logika manusia dewasa.

Sudah kuputuskan untuk merapikan semua memori dan menyimpannya rapat-rapat dalam buku usang masa lalu. Tak hendak percaya lagi pada candaanmu dan cerita yang mengharu biru. Usahlah tahu lagi tentang siapa kamu dan bagaimana hari membuat rangkaian mata kisahnya. Usahlah lagi percayai semua hoax tentang keabadiaan emas di tangan dan bongkahan kesuksesan pepesan kosong.

Meski tak sempat menyimpan kesumat, aku tak bisa lupakan penghianatan itu. Beribu kata yang kau ucap, lukai banyak sisi hatiku dan juga persepsiku. Tak cukup aku hanya mendiamkan semua hal yang kau semburkan dalam kebohongan yang tak berkesudahan. 

Meski aku mencoba lupakan semua tentang ketidaksepahaman dan juga perbedaan yang selalu ada saat kita bersama. Aku tak bisa hilangkan semua sorak-soraimu oleh ketidakberdayaanku. 

Meski aku sudah mencoba pasrah dalam keihlasan, ternyata untuk memulai tak semudah aku tulis status. Mengihlaskanmu seperti membuang sebagian hatiku. Engkau ,aku kira sahabatku. Tempat engkau bercerita saat aku sendiri. Menghilaskanmu seperti mencabik doa-doaku selama ini.Saat malam kukhususkan untukmu. Sebut namamu dalam rangkaian doaku.Menghilaskanmu laksana berhenti menghirup oksigen. Sesak dan menyesakkan. 

Tapi aku harus lalui. Mungkin ini bukan yang terbaik untukku. Atau mungkin Tuhan hendak memberiku sahabat yang lebih baik darimu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun