Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Semangkok Sayur Asing

17 Desember 2018   17:18 Diperbarui: 17 Desember 2018   17:35 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siang ini terasa beda. Aku sungguh tak percaya. Kulakoni perjalanan kecil ke sebuah tempat yang asing bagiku. Tak pernah kesana aku sebelum itu. Tempat itu berdinding hitam namun di dalamnya tersaji beragam makanan. Agak kikuk aku harus mengambil ,tak terbiasa saja. 

Karena menunya sangat asing  Aku agak enggan mencicipi. Kupaksa rasaku bicara. Tak ada enaknya. Kumakan saja sayuran organik dan sedikit yang masih aku kenal. Kupaksa nikmati. Tapi aku tak mampu. Asing dan tak aku kenal. 

Di depanku beefnya harus kumasukkan kuah. Perlahan kau ambil semua lapisan beef dan kau masukkan ke dua jenis kuah.Pedas dan gurih. Aku  tak hendak mencicipi lagi. Aku terlanjur malu dengan caraku.Kuamati satu demi satu apa yang kau lakukan. Sepertinya kau terbiasa. Ada cumi  dan juga ikan lain. Masuk ke kuah gurih di depanku. Perlahan kau aduk. Kau tawarkan kepadaku. 

Aku ambil mangkuk kecil, hitam, tebal dari keramik Jepang. Kuambil sebagian beef, sayur, mie dan lainnya. Sungguh lidahku tak bisa mencecap dan rasaku tak bisa bicara. Semua jadi hambar tak punya cita.Tapi kupaksa makan saja. Aku hibur diriku dengan mengambil buah pepaya, melon dan juga pudding seadanya. Tak apalah sekedar penyandingmu agar aku tak diam saja.

Sungguh harga mahal dan tempat mewah tak menjamin rasa bermain.Tak juga mengenakkan lidah yang terus menyengir.Atau mataku yang hanya melihatmu lahap memakan yang tak kukenal.Ah, rasa asing ini menghantuiku. Aku sungguh ingin segera selesai dan menaiki angin untuk pulang tanpa pamitan. Tapi kau menahanku sampai suapan terakhirku. 

Kita diciptakan mempunyai selera yang beda. Lidahku adalah kebanyakan rakyat jelata , sedangkan kamu tiap hari berbuncah aneka rasa beragam warna. Aku tak hendak memaksakan semua appetizer, main dish , dessert dan juga beverage. Hanya sekedar membuatmu dihargai saja maka aku rela duduk mematung dalam keengganan yang tak berperasaan.

Ketika datang yang kubayangkan paling tidak corn porridge, fruit salad ataupun cocktail buah. Tetapi semua tak kutemui karena memang bukan inginku ada disini. Ah sudahlah, aku ingin ini terakhir kali. Aku tak punya selera makan di tempat yang asing dan tak kukenal.Selamat tinggal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun