Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Apa Besok?

17 Oktober 2018   10:06 Diperbarui: 17 Oktober 2018   10:18 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : New York TImes


Dalam kelaparan dan kehausan yang terus memekakkan rasa di tenggorokan. Aku berjalan menapaki jalan kecil menuju rumah. Tak ada yang bisa aku lakukan kecuali berdoa padaNya sekedar ada yang memberi sesuap nasi. 

Sungguh sudah dua hari aku tak makan apapun. Aku malu meminta tetapi aku kepingin diberi. Bila ada aku ingin bekerja dan bukan menadahkan tanganku yang kecil mungil ini. Aku hanyalah anak kecil yang sedang menanti kebaikan Tuhan. 

Di saat orang tuaku hilang entah kemana. Ombak tsunami meluluhlantakkan semua cita-cita dan cintaku pada dunia. Tak ada tersisa. Ayah ibu tak tahu ada dimana, masih hidup ataukah sudah tiada.

Berjalan aku menuju sebuah tempat. Begitu banyak mayat yang sedang dievakuasi. Aku beruntung itu buka aku. Walau semakin berat kakiku melangkah. Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan. Di ujung gang itu ada sisa sebotol air mineral. 

Tuhan telah selamatkan aku. Aku tidak menjarah tetapi Tuhan beri aku sebotol air langsung di depanku. Aku tidak mencuri tapi Dia beri aku air hilangkan rasa pedih di tenggorokan ini. 

Kulewati orang yang lalu-lalang memberi pertolongan. Sekelompok orang membagi roti dan sedikit nasi. Aku pun turut mengantri. Berharap ada yang memberi lebih karena pakaianku ini sudah dua hari tak ganti. Alhamdulillah, Tuhan masih memberkati.

 Seorang ibu melihatku. Kucel bajuku dan melas wajahku membuat dia menengok dan sejenak melihat serta kemudian mendekatiku. Diberinya aku baju, peci dan dua bungkus nasi dan roti serta seperangkat alat mandi , sabun dan shampoo kecil . 

Cukuplah itu membuatku segera berbenah untuk membersihkan diri. Sudah dua hari aku tak bisa sholat karena kondisi badanku yang sangat kotor ini.

Kulembarkan koran untuk tempatku sholat. Kubaca semua surat yang aku ingat. Aku sungguh kangen kepadaNya. Hatiku ingin segera bisa berlabuh untuk menuju cintaNya yang seluas langit dan bumi. Aku tak benci Dia karena peringatan gempa dan tsunami ini. 

Aku juga tak dendam . Aku yakin semua pasti ada maksudnya. Bisa jadi aku dan yang lain sudah diperingatkan tetapi aku dan mereka tak mendengar.

Besok ada apa aku tak tahu...aku ingin bersekolah tetapi semua sudah musnah. Aku ingin bercengkerama tetapi keluarga sudah tiada. Aku ingin dicinta tetapi orang-orang di sekitarku hilang entah kemana. 

Aku satu-satunya yang selamat dari kampungku yang 700 orang itu tenggelam dalam lumpur dari gempa dan tsunami. Aku berharap besok aku masih bisa hidup dan menghirup udara segar dengan segala nikmat-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun