Hari ini aku pulang agak sore karena harus menyelesaikan tugas dari Kepala Bagian yang minta ampun galaknya. Dia orang yang sangat perfect sehingga apapun yang dilakukan anak buahnya pasti akan mendapat semua kritik. Satu hal baiknya adalah dia akan memberikan solusi pada saat kami mendapat masalah dan solusi itu bisa berupa sekedar kalimat penghibur, kesempatan bahkan tenaga dan uang. Makanya kami pun tak pernah merasa tertekan atas target yang harus kami selesaikan.
" Zul, laporanmu jam tiga harus sudah selesai ", demikian kalimat terakhir sebelum dia tinggalkan ruangan.
Kukejar semua target dan pukul 14.00 aku sudah kelarkan semua. Nafas lega , senyum ceria dan aku pun bisa mencari angin sore ini. Biasa seorang wanita yang jauh dari kekasih hati harus menghabiskan waktu sendirian di kota kecil yang jauh dari keramaian dengan pekerjaan yang penuh pressure menjadikan aku harus pandai menjaga ritme kehidupan. Biasanya aku akan menghadiahi diriku sendiri dengan sedikit penghibur hati. Bisa berupa jalan di mall, membeli buku, makan coklat atau sekedar nongkrong bersama kawan selepas pekerjaan selesai.
Aku habiskan sore ini sendiri di sebuah mall. Aku ingin membeli tas baru yang lagi ngetrend. Sebuah tas tangan dari bahan kulit, berwarna merah dengan gantungan di sisi kanan dan kiri. Gantungan ini bisa juga dilipat dan jadilah hand bag atau arm bag yang cantik. Tidak mahal sih, hanya sekitar Rp.300.000 an. Cukup aku sisihkan sedikit uang jajanku selama dua bulan untuk mendapatkan tas cantik ini.
Aku lalui lorong toko di mall kecil ini. Aku sudah tahu tempat dan harganya. Jadi langsung saja aku ke sana. Sebelum memutuskan aku lihat-lihat dulu siapa tahu ada juga yang layak aku beli dengan harga yang bersaing. Baru saja aku hendak mengambil tas itu tiba-tiba saja sebuah tangan ikut serta mengambil tas yang tinggal satu- satunya itu.
Ah, ternyata seorang pemuda. Tetapi kenapa dia ingin membeli tas itu juga ?
" Maaf, silakan kalau mau diambil. Saya yang lain saja". Kataku sambil melangkah pergi.
Tetapi dia menahan langkahku dengan tangannya. Lembut dia perkenalkan diri. Yusuf. Sebuah nama yang pendek. Sekilas kulihat wajahnya yang menurutku bernilai sekitar 8,5 bila harus aku berikan. Senyumnya yang anggun, suara lembut. Pandangan sangat percaya diri dan juga badan yang tegap.
" Tidak apa --apa. Ini untuk mbak saja. Saya sebetulnya ingin juga membeli untuk kakak saya, tetapi biarlah saya memilih yang lain saja ", katanya lembut tapi tegas.
Dan suara itu. Aku tak sanggup menolaknya. Seolah seperti memerintah dan dengan tegas membuat aku tunduk padanya .
" Baiklah " , kataku mengiyakan dengan senyum tersipu malu dan sedikit rasa senang.