Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terciduk (1,2,3)

13 Juni 2018   13:51 Diperbarui: 13 Juni 2018   13:53 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terciduk 1

Berdering, segera kuangkat telponmu

Kudengar suaramu yang menggelegar, menahan amarah

Tak tahan tuk segera berselancar

Biasa, kusiapkan telinga untuk mendengar

Kali kedua kau sampaikan keluh kesah

Tentang dia yang tak juga mengerti

Cinta yang sedang kau perjuangkan

Dan indahnya bila segera dibersihkan dan halalkan

Tak bergeming , dia tak berasa

Tak merespon , dia tak percaya

Tapi kau bilang itu salah sangka

Bukan itu yang membuatmu jauh , tak kentara

Kutahan suaramu , kutahan amarahmu

Kukatakan biar dia memutuskan sendiri

Karena dia sedang sepi sendiri

Tak ingin terciduk cinta yang terlupa lalu mati

Kutahan amarahmu, kutahan suaramu

Kukatakan biarlah engkau memilih juga

Dan tak usahlah lari dan menepi lagi

Karena engkau akan tahu siapa terbaik untuk kalian sendiri

Terciduk 2

Lama aku tak jawab WA mu

Mungkin lebih dari 9  atau 10 jam

Sampai aku yakin kau sudah  redakan bara

Merah darah hatimu yang gundah

Kusapa pelan , dengan salam

Katamu suaraku terlalu kecil, tak kedengaran

Aku terkekeh, mengiyakan, sengaja ha ha

Agar kamu tahu , aku ada sedikit sakit tertahan

Kau ceritakan dia yang baru

Yang siap dampingimu bulan depan

Secepat itu kau putuskan

Aku yakinkan sudah sholat Istikhoroh kah ? , sudah katakan

Baiklah, aku hanya mengiyakan

Sahabatku yang sudah temukan jalan

Menanti jodoh setelah sekian tahun sendirian

Mencipta bahagia dan bukan mencarinya

Itu katamu saat reda amarah

Aku iyakan, hanya tunggu undangan

Aku doakan, hanya tunggu tanggal kepastian

Asal kau tahu, sudah kau bersihkan semua keruwetan

Terciduk 3

Menangis dia dalam pelukku

Lemah pundaknya menahan sedih dan kelu

Derai air matanya membuatku pilu

Tapi aku tak bisa apa, itu keputusanmu

Kuseka air matanya agar tak banjiri baju

Kudekap pundaknya agar tak jatuhiku

Kusangka dia kuat menahan semua rindu

Saat tak ada respon yang layak untukmu

Kusangga semua sedihnya dalam kalimat panjang tak bertepi

Cukup untuk sudahi remuk redam hati

Kini kuberi dia sabuk penguat hati

Agar tak rindu kamu saat cinta telah mati

Kutuntun dia mendapat yang terbaik

Agar air matanya layak tak  terus menggelegak

Merespon rindu yang kalah telak

Oleh keputusanmu yang sepihak(?)

Ah, aku belajar cinta sejati

Cinta sampai mati dan cinta palsu tak bertepi

Aku juga belajar cinta abadi

Cinta tak bernyali dan cinta takut merugi

Beragam banyak cinta yang tertoreh dalam perjalanan manusia

Beragam kisah yang kalian lalui

Membuat aku harus berfikir beribu kali tentang wanita dan lelaki

Pada diorama cinta , kesetiaan, pilihan dan jodoh yang penuh teka-teki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun