Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Gorengan Itu Jahat

3 Juni 2018   21:01 Diperbarui: 5 Juni 2018   17:00 3435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tulis pesan ke temanku untuk memastikan aku datang ke rumahnya sore itu. Ada undangan yang harus aku sampaikan ke dia. Bahwa aku akan ujian terbuka minggu depan. Kugandeng anakku dan kubisikkann untuk ikut denganku ke rumahknya. Kucium pipinya karena ia mengiyakan sambil kubelikan peci dan sarung serta baju koko untuk persiapan perpisahan di sekolah dengan teman-temannya. Sekali dayung dua tiga kebutuhan terlampaui.

Maka kuayun sepeda anginku menembus sore. Kulihat banyak orang ngabuburit di sepanjang jalan. Ada deretan 5 orang gadis membawa bungkusan kolak untuk diberikan kepada mereka yang sedang lewat di jalan. Ada serombongan gadis -gadis sedang selfi di ujung taman. 

Angin semeribit menyentuh pundakku. Menyadarkanku bahwa ada si kecil di belakangku sedang membonceng. "Peluk pinggang, mama. nak," kataku lembut. Aku senang sekali menikmati hangatnya badan anakku kalau sedang menyentuh dan memeluk punggungku dari belakang. Ah indahnya menjadi seorang ibu.

"Kita beli peci dulu ya, baru nanti kita ke teman mama," kataku menawarkan ide ke dia. Dia menjawab sambil mengeratkan pelukan. Dhonan, anak kecil yang ada diboncenganku ini sebentar lagi sudah menjadi anak SMP. Tidak lagi bisa mandi sambil berlari- lari mencari handuk. Tidak bisa lagi bermain hujan sambil bertelanjang hanya memakai cawat dan tanpa kaos dalam. 

Ah, sebentar lagi dia pra remaja. Lamunanku buyar ketika sampai di rumah yang terbuat dari ukiran Jepara. Sangat anggun dan tampak sunyi. " Mungkin penghuninya sedang keluar, mah. Itu sepi ", kata anakku menimpali. 

Dari dalam tampak seoran perempuan keluar sambil tersenyum menyambut kedatangan kami.

"Oh, ini mas Dhonan yang pembalap kecil itu , ya?" sapanya sambil menyalami kami. Ya , Dhonan si kecilku ini memang mempunuyai hobbi balap di arean motocross.Lebih tepatnya di kelas mini moto. Dia sudah malang melintang di beberapa kejuaaraan berbagai kota dan telah pulang membawa pulang banyak tropi kejuaraan. Dhonan tersenyum kecil sambil memberi salam dan mencium tangan temanku.

Segera saja kami menuju ke ruang tamu. Ruangan yang cukup luas. Ada terdengar air gemericik dari taman disamping rumah. ada beragam souvenir dari berbagai negara menghias meja sudut,juga foto wisuda dua orang putrinya.

"La ini apa buk, kok banyak obat disini ?" tanyaku iseng saja.

"Ah, itulah aku sudah tua jadi sekarang aku kena diabet dan hipertensi ", temanku mulai merespon pertanyaanku. Kulihat dia tidak sakit seperti orang kebanyakann yang diabet. penderita diabet biasanya kulitnya agak keriput walaupun usia muda. 

"Ceritanya sebenarnya sudah ada sejak lama. Aku dulu waktu kuliah sering sekali mendapati handukku dikerubuti semut , juga badanku. Aku menduga itu karena tempat kost ku yang tidak higienis. Akhirnya seiring berjalannya waktu aku baru tahu bahwa aku menderita dua penyakit itu. Aku pikir aku sangat telat. Dari Browsing aku tahu bahwa gulaku teramat tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun