Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu yang Tak Dirindukan (Bagian 1)

23 April 2018   17:55 Diperbarui: 23 April 2018   18:52 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu saat tanpa sengaja Tuti membuat ibunya tak berkenan sehingga meledaklah amarah ibunya. Tuti tak habis pikir dengan kondisi kemarahan yang begitu meledak tak terkendali . Sampai pada suatu titik dimana kalimat yang tak pernah dia dengar itu menjadi saksi di udara. Baru kali ini dia melihat ibunya sedemikian benci dan tak mau menerima dia sebagai anaknya. Apa yang salah pada dia. Berhari- hari dia menyendiri memikirkan kejadian kemarin, terus -menerus.

Angin masih berhembus dingin ketika seorang ibu baru saja melahirkan di suatu rumah sakit. Dia sendirian di rumah sakit itu . Hanya ditunggui oleh dua orang anak kecilnya dan adik perempuannya. Suaminya sedang bepergian ke luar kota , biasa bekerja sebagai sopir serabutan. Madim, perempuan itu sedang mengerang kesakitan menahan nyeri pasca melahirkan. Seorang suster meminta dia tidur berbaring aja sambil menunggu kedatangan suaminya untuk melunasi persalinannya kemarin. Mereka adalah keluarga kecil yang sangant membutuhkan uluran tangan. Tetapi Madim bukanlah tipe perempuan peminta -minta pada saudaranya. Harga dirinya teramat tinggi untuk hal seperti itu. Dia hidup dengan segala keterbatasan namun dia tak mau menggantungkan hidupnya pada orang lain.

Tergesa seorang lelaki memasuki rumah sakit. Sambil membawa sebungkus amplop coklat agak tebal berisi uang , dia menuju ke ruang administrasi untuk membayar persalinan istrinya. Bergegas dia menuju ke ruang bayi untuk melihat , mencium dan memeluk buah hatinya yang ketiga. Seorang anak perempuan yang manis, putih, matanya agak besar, hidungnya sangat mancung seolah - olah tersenyum kepadanaya. Ada tiga bayi perempuan di situ. Karena tidak ada tanda pengenal apapun di tangan bayi maka dia ambil bayi yang menurut perkiraan dia adalah anakya. Sialnya pihak rumah sakit pada saat itupun tak begitu memperhatikan kejadian ini.

Waktu berlalu begitu cepat. Sekarang bayi itu sudah menjelma menjadi gadis cantik yang sangat menarik hati. Rambutnya panjang dan hitam, suaranya lembut, senyumnya manis dan pipinya sangat chubby. Siapapun pasti suka melihatnya. Tapi tidak dengan Madim. Madim sangat memahami benar siapa gadis cantik ini. Madim merasa dia bukan darah dagingnya. Dia adalah anak yang salah ambil di rumah sakit oleh suaminya. Meskipun suaminya sangat sayang dengan anak ini , tapi bagi Madim dia tak lebih anak orang lain yang kebetulan hidup di rumahnya. 

Tidak ada cinta yang bisa dia berikan kepada si kecil yang manis ini. Semuanya bagi Madim adalah hampa. Tapi tidak bagi si kecil. Iput namanya. Iput tidak pernah peduli seberapa besar kebencian Madim padanya tak menyurutkan langkah dia untuk tetap mengannggap Madim sebagai mana ibunya sendiri. Hari- hari dilalui Iput dengan keringnya kasih sayang dan perlakuan yang sangat berbeda dari 4 saudaranya. Ya, mereka berlima adalah anak- anak dari Madim. Namun Iput merasakan Madim tak begitu sayang padanya. Hari- harinya dipenuhi dengan keringnya sapaan dan sunyinya jiwa dari cinta seorang ibu kepada anaknya, Iput Tuti....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun