Mohon tunggu...
Ahlan Mukhtari Soamole
Ahlan Mukhtari Soamole Mohon Tunggu... Ilmuwan - Menulis untuk menjadi manusia

Perjalanan hidup ibarat goresan tinta hitam yang mengaris di atas kertas maka jadilah penah dan kertas yang memberikan makna bagi kehidupan baik pada diri, sesama manusia dan semesta dan Ketekunan adalah modal keberhasilan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Etika Kokoh

10 November 2022   15:20 Diperbarui: 10 November 2022   15:33 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh : Ahlan Mukhtari Soamole*

Berbagai peradaban berkembang pesat, hasil-hasil teknologi, rekayasa suatu desain pada pelaksanaan pekerjaan terinternalisasi dalam proses budaya cenderung bertalian dengan keragaman nilai etis maupun estetik. Hasil-hasil kebudayaan dewasa berkembang menjadi peradaban sesungguhnya semula adalah rentetan dinamika kebudayaan inklusif yaitu pikiran. Kerja-kerja peradaban adalah kerja pikiran, peradaban Paskah berupa patung tak sekedar menjadi hasil kebudayaan lebih daripada itu terdapat 'jejak-jejak pikiran telah melalui suatu kontemplasi, dialektis spirit motiv melengkapi aktivitas manusia tersebut. 

Pertambangan telah menghasilkan beragam produksi dari hasil tambang, teknologi , dari batu, kapak sepatu besi, struktur piramida dari bebatuan lama adalah suatu dasar kokoh kebudayaan inklusif terjadi sepanjang waktu. Pikiran seperti kemerdekaan perlu 'dinyalakan', ditumbuh kembangkan. 

Manusia dapat menstimulasi dengan cara membaca kebudayaan dan peradaban, kebudayaan pikiran itu sendiri atau kontemplasi , maupun peradaban menyimpan berabagi pola, pola pikir dan tindak manusia. Spirit kedisplinan, keleluasan, otoritas, ego taklain merupakan bentukan dari setiap peradaban, tak khayal perubahan itu dapat dilakukan tat kala memposisikan diri pada keterlibatan politik menyatukan kepentingan menyeluruh bukan pada parsial, termarjinalkan, keputusan pada tindakan politik cenderung pada perubahan itu dapat dilakukan secara mutidimensi setiap perubahan di dalam kebudayaan dan peradaban. 

Suatu perilaku etis dalam kebudayaan implikasi pada metode, inovasi yakni kebutuhan pada kemampuan berpikir analitis, logis, proses mencapai pada letak keteraturan itu banyak dilakukan dengan kesadaran, perenungan kritis dalam memandang alam, keterlibatan pada pemenuhan hak baik pada manusia maupun alam. Kecenderungan berpikir tersebut beroientasi pada sikap melekat suatu perubahan, progresif dan kebenaran. Etika merupakan tatanan nilai mengatur pola pikir, sikap tindak untuk berpihak pada kebenaran, etika secara fundamental adalah dasar prinsipil kebudayaan dan peradaban. Tak disangka begitu banyak nampak pembangunan kokoh megah, elitis menghasilkan banyaknya jiwa-jiwa (manusia) tereksploitasi, termarjinalkan dari ego-ego perubahan tak berpijak pada keputusan kolektif dan kebenaran.

Pergulatan suatu spirit kebudayaan dan peradaban tanpa meletakkan etika, kemanusiaan dan kebenaran pada gilirannya penuh konfrontasi. Pabrik-pabrik menjulang tinggi tak sedikit menghasilkan kobaran politik menumpuk produksi intensif tak seirig kesejahteraan diperoleh, rasa tertindas, kemerdekaan tercabik-cabik , proses itu seperti pengubahan spirit teralienasi sikap cenderung pada sistem mekanisasi eksploitatif. Etika menuntun manusia pada pola rasional dengan perubahan-perubahan terus terjadi kontemplasi menyadarkan pada aspek emosional maupun spritual membawa pada nilai etis. 

Problematika dunia dan peradaban tiada henti tak lepas dari sikap dinamika sains cenderung pasif pembengkakan pada upaya mengantarkan kebudayaan dan peradaban eksis dengan etika pikiran secara etis. Suatu kemajuan dalam peradaban selalu dilandasi kemanusiaan, sebagai karya besar  dapat menjaga stabilitas peradaban, karya kemanusiaan merupakan entitas dalam ketahanan dari pergulatan dunia terjadi , menguntungkan umat dalam penyelesaian masalah besar sebagaimana ekonomi dan politik. Tak hayal apabila kemanusiaan adalah etika kokoh seperti dasar pada tiang pancang tertanam amat kuat.

*Ditulis oleh Ahlan Mukhtari Soamole (Penulis adalah pegiat Pertambangan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun