Mohon tunggu...
Ahlan Mukhtari Soamole
Ahlan Mukhtari Soamole Mohon Tunggu... Ilmuwan - Menulis untuk menjadi manusia

Perjalanan hidup ibarat goresan tinta hitam yang mengaris di atas kertas maka jadilah penah dan kertas yang memberikan makna bagi kehidupan baik pada diri, sesama manusia dan semesta dan Ketekunan adalah modal keberhasilan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

5 Jari untuk Revolusi

20 Februari 2021   16:03 Diperbarui: 20 Februari 2021   21:05 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://tangankirituhan.blogspot.com/2015/04/anak-anak-revolusi-dan-kontrak-tambang.html

Oleh : Muti*

Tangan terkepal sebagai simbol perlawanan telah diketahui oleh semua orang, tangan terkepal diikuti suara lantang megaphon yakni suara-suara pembela keadilan. Tangan terkepal kini digenggamannya ragam kepentingan penguasa, suara-suara merdu itu menjadi tak bermakna lagi. Fenomena 'tangan terkepal' menjadi identitas kaum kritis ketika mendengungkan kemerdekaan sejatinya ditundukkan di bawah bayang-bayang kemapanan.

Seiring waktu berlalu tangan-tangan terkepal itu berakhir ketika kaum intelektual kritis sebagaimana Syariati,Tan Malaka, Soe Hok Gie, Munir ditelan semesta. Namun, jejak-jejaknya membekas menyelimuti jalan peradaban. Tangan terkepal itu masih terus-menerus menandai pergolakan pemikiran melalui jejak-jejak tulisan telah menyinari kegelapan membabibuta, upaya tangan itu sampai menyelimuti ruang dan waktu, kata demi kata, argumentasi demi argumentasi adalah tanda bahaya untuk kekuasaan.

5 jari terkepal merupakan revolusi holistik tak ada transaksi, mengembalikan modal atau sekedar memperalat semata. Jemari revolusi itu sebagaimana kata orang bijak suatu cara hidup dalam keabadiaan. Kekuasaan dapat menundukkan idealisme namun tak mampu menepis lajunnya 5 jari untuk revolusi yaitu menulis. Negara tak kurang orang pintar, negara hanya kurang orang jujur. Pintar tak selalu kritis, namun kejujuran sudah pasti kritis-reflektif, memaknai pikiran adalah perjuangan tak ada eksploitasi dan hegemoni. Pikiran kritis merupakan dasar utama etika, kejujuran ialah kemampuan etis untuk mendapatkan kebenaran. Kejujuran pikiran terukir dalam setiap kata menjadi keutamaan membendung ragam predator kekuasaan. Keutamaan-keutamaan etis semestinya menjadi fondasi utama dalam melawan.

*Di tulis oleh Muti (Penulis adalah pegiat belajar Filsafat)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun