Mohon tunggu...
Ahlan Mukhtari Soamole
Ahlan Mukhtari Soamole Mohon Tunggu... Ilmuwan - Menulis untuk menjadi manusia

Perjalanan hidup ibarat goresan tinta hitam yang mengaris di atas kertas maka jadilah penah dan kertas yang memberikan makna bagi kehidupan baik pada diri, sesama manusia dan semesta dan Ketekunan adalah modal keberhasilan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Revolusi Kepemimpinan

16 Mei 2020   05:30 Diperbarui: 16 Mei 2020   05:41 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Peran pemimpin dalam menepis angka perkembangan covid 19 menjadi penting diperlukan, terutama pemimpin mampu menghidupkan suatu keprihatinan kolektif antara pemerintah, legislatif  maupun masyarakat, penanganan covid,membutuhkan suatu gagasan progresif yang mengutamakan substansi penanganan (keprihatinan) ketimbang pengharapan pada anggaran semata. Bekal mendasar dimiliki pemimpin itu yakni pemahaman sains mumpuni tentang kebencanaan agar supaya memetakan secara konsepsional dan strategis. Sebagaimana di Amerika Serikat respon penanganan covid berdasarkan pemetaan fakta akan kebencanaan hal itu dilakukan oleh Gubernur New York, Andrew Cuomo kala presiden AS Donal Trump menggeborkan optimisme menyangkut pandemi corona, baginya harapan New York akan menjadi pembukaan jalan melewati pandemi. Atau pemerintah DKI Jakarta Anis Baswedan menangani virus corona covid 19 awal januari sebelum pemerintah pusat melakukan upaya penanganan, suatu respon cepat dari Anis Baswedan ketimbang presiden Jokowi yang secara seksama berpusat pemerintahan di DKI Jakarta, menunjukan kualitas kepemimpinan berbeda, watak kepemimpinan secara dikotomi, religius dan sainstis, hal ini melekat pada beberapa gubernur maupun presiden.

Gubernur DKI Jakarta dibekali aspek religius namun memahami suatu kebencanaan, dalam tataran kemanusiaan, masyarakat DKI Jakarta kerapkali memperoleh bantuan. Dan tetap sejalan dengan himbauan Majelis Ulama Indonesia, keprihatinan itu bagian dari kepemimpinan religius ditunjukan Anis sedangkan kepemimpinan sains pada Anis, sikap respon amat cepat terhadap pandemi ketimbang presiden. Anis dapat memahami gejolak ini tak lepas dari penyelarasan-penyelarasan sains sehingga keptusan kebijakan dilakukan merupakan  kekhawatiran dari ancaman kedaruratan bencana.

Kepemimpinan berbeda, setiap pemimpin di Indonesia mempengaruhi cara penanganannya, gubernur berlatar belakang akademisi sebagaimana Prof. Nurdin Abdullah di Sulawesi Selatan merespon penanganan lebih akurat, cepat, tanggap. Distribusi pangan bantuan memudahkan masyarakat pada masa pandemi secara baik. Bekal professor itu menjadikan kesadaran pendidikannya untuk pembangunan manusia, dalam konteks pandemi Nurdin Abdullah dapat mengelola pangan secara baik.

Dan mampu menjaga kestabilan ekonomi dari ancaman krisis dihadapi masyarakat Sulsel. Berbeda halnya kepemimpinan cenderung religiusitas maka kebijakan pada aspek sosial ialah utama 'berdakwah' ketimbang merespon dengan suatu paradigma kepemimpinan sains sehingga memiliki kepedulian berarti, yakni adanya tindak politik untuk memajukan masyarakat memeroleh kehidupan adil. Dan makmur. Kepemimpinan gubernur Maluku Utara berlatar 'religius'  tentu berbeda sikap respon terhadap suatu problematik sains kebencanaan sebab cara pandang religius dalam memandang wabah merupakan suatu ikhtiar.

Dan penyerahan diri pada sang kuasa, sepanjang wabah terjadi gubernur Malut sebagai representasi daerah Maluku Utara sangat lamban dalam melakukan suatu program besar PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) bahkan dalam penanganan pangan masih bersifat tradisi dalam mempertahankan pangan lokal, padahal berbagai macam cara lain dalam penanganan pangan masih terdapat cara modern terjangkau kepada khalayak secara menyeluruh.

Upaya pengharapan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi sagu dan kasbi dalam rentan waktu cepat tak dapat terjangkau dan diproduksi sepenuhnya, dibanding daerah lain telah melakukan secara cepat, tanggap. Dalam kepemimpinan hal serupa terjadi  pada kepemimpinan walikota Ternate, banyaknya anggaran covid tersedia tak mampu diselesaikan secara memungkinkan, ketidakefektifan penggunaan anggaran untuk pembangunan manusia, beberapa korban di karantina selama 36 hari sampai saat ini belum memperoleh hasil tes baik, waktu 36 hari bukanlah waktu cepat namun cukup lama terhitung 864 jam sedangkan para korban itu membutuhkan kepastian hasil tes guna sebagai bentuk kepercayaan  (trust ).

Kehadiran pemerintah dalam merespon hal itu sangat lamban, sedangkan masyarakat membutuhkan suatu tindakan terdapat nilai inklusif antara suatu pernyataan dan sikap keberpihakan. Tindakan itu juga sebagai road model kepemimpinan Rahmatan Lil Alamin, kepemimpinan untuk memajukan masyarakat menuju keadilan dan kemakmuran. Revolusi kepemimpinan ialah suatu paradigma baru kepemimpinan responsif berdasar sains untuk menyelesaikan persoalan bencana gempa bumi, banjir, kemiskinan, ketimpangan, distribusi pangan maupun tentang wabah di suatu negeri. Pemimpin semestinya memahami sains untuk membangun bangsa. Dan Negara secara berarti.

*Ditulis Oleh Ahlan Mukhtari Muslim Soamole (Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana UMI Makassar/ Pegiat Belajar Filsafat).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun