Mohon tunggu...
Ahlan Mukhtari Soamole
Ahlan Mukhtari Soamole Mohon Tunggu... Ilmuwan - Menulis untuk menjadi manusia

Perjalanan hidup ibarat goresan tinta hitam yang mengaris di atas kertas maka jadilah penah dan kertas yang memberikan makna bagi kehidupan baik pada diri, sesama manusia dan semesta dan Ketekunan adalah modal keberhasilan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memaknai Krisis

13 Mei 2020   13:44 Diperbarui: 13 Mei 2020   13:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kxan36news.com

                 

Oleh : Ahlan Mukhtari Muslim Soamole*

 Suatu pertanda nyata pada masa wabah ini bila manusia tak mampu menahan diri, ego kepentingan, masa ini akan menjadi ‘bom waktu’ melululantakan kehidupan. Setiap saat wabah virus berkembang, saat ini kasus terkonfirmasi di dunia sebanyak 1, 99 juta kasus sedangkan meninggal 127.590 orang, perkembangan virus belum dipastikan berakhir meskipun dunia tahu hanyalah negara maju mampu menepis perkembangan virus mematikan tersebut, dengan keterbukaan menerima dalil-dalil penyelematan itu dapat membuat penyelesaian secara damai dalam  menjalaninya. Sebaliknya, terlepas daripada itu terjadi ialah suatu pertanda keberlangsungan bahaya dan ancaman.

Dunia saat ini dalam keterancaman terhadap harapan hidup manusia, negara-negara maju sekalipun mengakui nampak virus itu menyingkap krisis dialami terbesar masa kini ketmbang krisis dihadapi Negara berkembang tahun 1997/1998 membuat perekonomian cukup lemah. Krisis masa wabah bersifat multidimensional menyentuh langsung aspek humanity.

Virus menyebar secara ekstensif menembus batas dikotomi kelas masyarakat, pengusaha elite, oligark. Dan rakyat, semua mengalami hal serupa meskipun itu kemampuan menghadapi wabah ini, elit masih memiliki ‘simpanan’ daripada kelas rakyat, tak menumpuk modal atau uang negara. Krisis kemanusiaan adalah akibat kehidupan kemanusiaan dekandensi mempersatukan jeritan-jeritan suatu ketertindasan, kemampuan membangkitkan pembangunan manusia.

Para ahli mengakui bahwa krisis dialami saat ini membuat lembaga-lembaga dunia sebagaimana IMF, World Bank tak dapat bertindak banyak, negara-negara terdampak covid 19 berupaya secara mandiri menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), menggunakan masker, jaga jarak. Beberapa negara dapat menurunkan penyebaran virus wabah itu seperti China, Korea, Selandia Baru, Swedia karena penerapan disiplin secara signifikan. Fenomena wabah meluas tak hanya dapat diselesaikan apabila warga negara berpatokan pada anggaran semata, hal terpenting ialah suatu disiplin menjaga diri dari keterancaman dengan mengikuti himbauan para ahli. Dan memenuhi kebutuhan pangan.

Suatu problematik jika masih keterdapatan ketidakdisiplinan antisipasi mandiri dari berbagai penyakit. Keterancaman krisis secara multidimensional melengkapi berbagai macam krisis , krisis lingkungan, krisis ekonomi, krisis pangan, krisis moral dan krisis kemanusiaan.

Dapat dikatakan pula berbagai krisis ini merupakan titik balik (turning point) akumulasi kemanusiaan. Memaknai krisis pangan menunjukan bahwa keprihatinan negara terhadap pangan mulai daripada tenggang rasa, ekonomi terjangkau, terdistribusi, keadilan. Dan saling menolong. Bencana dalam perspektif berbeda merupakan suatu kebaikan, manusia menyadari arti persatuan dan persaudaraan, berarti saling berbagi dan menolong sesamanya.

Dalam konteks ekonomi makro, perekonomian global melalui lembaga IMF, world Bank selama ini dianggap memiliki kepentingan eksploitatif tak dapat mnejamin suatu ketidakakraban selain berbagi  saling menolong sedangkan konteks krisis lingkungan terjadi sepanjang abad 21 deforestasi hutan secara liar, land clearing akibat eksploitasi tambang tanpa kepedulian pada kenyamanan lingkungan, suatu pertambangan berdampak buruk bagi lingkungan tambang yaitu ingood mining practice. Krisis moral yang mengakibatkan juga krisis lingkungan karena manusia berkehendak di luar batas. Sebagaimana berbagai krisis terjadi itu merupakan suatu karakteristik mendasar manusia dalam membangun keakraban.

Dan memulihkan kondisi alam dari berbagai deforestasi untuk  pembangunan ekonomi. Dalam memaknai krisis sesunggunya upaya-upaya pemulihan dilakukan ialah menjadikan suatu bencana sebagai bentuk kemajuan manusia dalam menciptakan peradaban khas secara manusiawi.

*Ditulis Oleh Ahlan Mukhtari Muslim Soamole (Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana UMI Makassar).

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun