Mohon tunggu...
Ahlan Mukhtari Soamole
Ahlan Mukhtari Soamole Mohon Tunggu... Ilmuwan - Menulis untuk menjadi manusia

Perjalanan hidup ibarat goresan tinta hitam yang mengaris di atas kertas maka jadilah penah dan kertas yang memberikan makna bagi kehidupan baik pada diri, sesama manusia dan semesta dan Ketekunan adalah modal keberhasilan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hai Sua dan Covid 19

1 Mei 2020   01:29 Diperbarui: 1 Mei 2020   04:12 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh : Ahlan Mukhtari Muslim Soamole*

     Tercatat covid 19 hingga saat ini kasus positif mencapai 2.491 di 32 Provinsi perkembangan covid selalu dinamis berarti kerapkali berubah seiring waktu.  Termasuk lonjakan terbesar pasca DKI Jakarta yakni Sulawesi Selatan, Provinsi Maluku. Dan kini Provinsi Maluku Utara mencapai 41 orang positif dibandingkan pada awal bulan 3 cukup rendah. Khususnya provinsi Maluku Utara kian waktu berkembang pesat namun cepat mendapat upaya pencegahan secara intensif oleh team gugus covid 19, pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Penaksiran perkembangan corona ini belum secara pasti diketahui angka puncak virus kian meningkat, upaya merespon perkembangan itu hanyalah dengan mengikuti himbauan atau anjuran, tata cara antisipasi oleh pemerintah utamanya stay at home atau work from home. Namun, pergulatan interpretatif terhadap (corona) sains membuktikan perkembangan corona tak selaras jika tanpa upaya kepercayaan lokalitas di dalamnya, maka upaya merespon perkembangan virus corona ini tentu masih kuat akan kepercayaan-kepercayaan luhur sebagai daerah berAdat, tradisi budaya. Dan masih meyakini kekuatan alam ditengarahi oleh keberkahan negeri atau para ‘leluhur pernah menjejaki negeri’ sebagaimana di negeri Sula masih dianggap negeri berkah, barakat diyakini jauh dari bahla dan penyakit. Berangkat dari pesatnya perkembangan virus corona di Maluku Utara saat ini mencapai  41 orang positif, kota Ternate sudah 20 orang positif, kota Tidore mencapai 12 orang, Halmahera Utara 3 orang, Halsel 1 orang, Halbar 1 orang dan Pulau Morotai 4 orang, sedangkan Halmaherah Tengah, Halmahera Timur dan Kepulauan Sula masih negatif, berarti belum teridentifikasi positif sampai sejauh ini. Apabila sains menguraikan maka masih dalam proses pembuktian ilmiah namun secara metafisik, mengapa tidak, bila keyakinan sebagian rakyat menganggap daerah ini amat terjaga. Dan memiliki keberkahan jauh dari bahla dan ancaman tak diinginkan. Kepulauan Sula adalah daerah berbatasan laut Maluku dari arah Ambon atau Ternate sehingga membuka akses transportasi luas, mengingat pemudik atau perantau dari Sula datang dari beberapa daerah cukup meningkat, salah satu upaya terbilang cepat ialah langkah pemerintah daerah kabupaten menutup akses transportasi laut dilakukan diakhir maret lalu (Kompas, 2019). Sehingga langkah itu diambil dalam mencegah menyebarnya virus corona, pada sikon sama di Morotai telah melakukan pembatasan wilayah melalui transportasi melalui kebijakan bupati dianggap serius melawan corona namun sejauh ini Morotai telah terdapat 4 orang positif corona. Berbeda dengan Sula belum teridentikasi.

     Sula adalah negeri masih ‘memegang’ tradisi luhur kepercayaan masyarakat untuk keberkahan negeri dari sang kuasa, hal ini terimplementasi dalam pegangan tetuah terkait Hai Sua dan tradisi gabalil Hai Sua. Hai Sua merupakan istilah berarti kepercayaan masyarakat tentang keberkahan Tanah Sula(baca ;barakat), Hai Sua terdiri atas dua kata yakni Hai berarti tanah, sedangkan Sua adalah Sula, yang orientasi pada negeri. Hai Sua merupakan bentuk prinsip dalam kehidupan orang Sula terutama, berpergian jauh merantau luar daerah, cara mentransformasikan Hai Sua selaras dengan adat kebudayaan Sula dikenal dengan Gabalil Hai Sua berarti mengelilingi Pulau Sula dengan keyakinan suatu pengharapan negeri ini selalu diberikan berkah oleh sang pencipta. Dan menghormati peninggalan kehidupan para leluhur, nilai-nilai kebijaksanaan dalam melakoni hidup, sebagaimana daerah lain diyakini serupa. Sehingga, pada hemat penulis meskipun pesatnya perkembangan virus corona diuraikan secara sainstis namun tak bisa dinafikan dengan berbagai keyakinan, kepercayaan lokalitas masyarakat tentang keberkahan negeri, karena kasih sayang sang pencipta begitu pun, jejak leluhur penuh makal dan kebaikan bagi  anak cucu generasi, namun, semua itu tak lepas dari kehendak pencipta dan kesadaran diri manusia terhadap diri masing-masingnya, meskipun sejauh ini belum teridentifikasi positif corona bukan berarti tak berdampak positif, bilamana tak ada ikhtiar dalam mengikuti anjuran para ahli maupun tokoh Agama terkemuka sebagaimana MUI yaitu melaksanakan kegiatan di rumah termasuk aktivitas keAgamaan.

*Di tulis oleh Ahlan Mukhtari Muslim Soamole (Penulis ialah Pegiat Belajar Filsafat)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun