Mohon tunggu...
Ahlan Mukhtari Soamole
Ahlan Mukhtari Soamole Mohon Tunggu... Ilmuwan - Menulis untuk menjadi manusia

Perjalanan hidup ibarat goresan tinta hitam yang mengaris di atas kertas maka jadilah penah dan kertas yang memberikan makna bagi kehidupan baik pada diri, sesama manusia dan semesta dan Ketekunan adalah modal keberhasilan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menulis Autentik

16 Februari 2019   21:15 Diperbarui: 16 Februari 2019   21:47 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh : Ahlan Mukhtari Muslim Soamole*

Menulis adalah kewajiban paripurna sebuah secercah karya bagi peradaban atau kebudayaan, artinya dengan menulis kita memberikan manfaat bagi generasi masa kini dan masa depannya, generasi membutuhkan asupan ilmu pengetahuan yang kompleks dan saling relevan disetiap zaman.

Namun akankah menulis sekedar menulis, apabila menulis sekedar menulis nantinya ide yang muncul dalam lipatan kertas atau layar komputer merupakan ide yang 'manja' pucuk karena tidak dilandasi dengan proses panjang yakni membaca karena dengan membaca kita mengenal ide-ide sebelumnya yang progresif telah menjadi sebuah karya buku tentu lebih merangsang dan menjadikan keresahan yang sama.

Kini banyak orang menulis tanpa proses banyak membaca berbagai buku, artikel, koran,  maupun jurnal akhirnya tulisan yang dilahirkan merupakan tulisan manja bagus buat anak-anak alay sinetron yang tak berani membangun keresahan, kegaduhan dan progresitiftas untuk menulis sebuah ide enjadi tulisan yang progresif sebab dengan membaca banyak kita akan menulis dengan kejujuran.

Penulis, penulis terkemuka Indonesia seperti halnya Bung Hatta yang memiliki ide-ide jujur syarat dan kental kecemerlangan karena didukung berbagai ragam teori dan kesadarannya secara fundamental dan utuh, sehingga karya Bung Hatta selalu menyala dikala redup negara ini dari sebuah kritisisme dan dilanda problematika ummat dan bangsa membaca dan menulis menjadi tindakan kemanusiaan, ungkap bung Hatta, biar saya dipenjarakan asalkan dengan buku, hal ini menandakan Bung Hatta sangat banyak membaca, hal serupa juga bagi Bung Karno, Bung SJahrir (Bung Sjahrir dengan bukunya Pikiran Perjuangan) Tan Malaka, Pramodeya Ananta Toer, mereka masing-masing melahirkan karya yang memukau sumbangsih terbesar bagi bangsa dan Negara, pernah dikisahkan Bung Karno sosok kuat membaca dan menulis ide-idenya sangat progresif didalam membangun kesadaran berbangsa dan bernegara sehingga rakyat yang terpukau dengan ide rasionalitasnya berani untuk menentang sesuatu yang menyimpang destruktif dari kolonialisme,  bahkan dalam saat membaca Bung Karno membaca pada posisi berdiri duduk hingga tertidur pun masih membaca dari membacalah bung Karno dapat menulis dan berorasi secara memukau dan pengaruhnya yang begitu kuat bagi bangsa-bangsa diseluruh dunia, begitu pun Tan Malaka yang rajin sekali akan membaca dikisahkan dalam pelariannya ke luar negeri khususnya di Tiongkok, Philpines dan sekitar asia lainnya hal paling diutamakan dibawanya adalah buku karena buku merupakan sumber bacaan baginya dan sumber semangat bagi perjuangannya, buku yang dibawanya pun banyak sekali dia menaruhnya di sebuah peti dan disimpan pun dipeti tersebut hingga suatu masa dikepung oleh tentara untuk mencarinya dengan keterpaksaannya meninggalkan sebagian besar buku-bukunya tersebut, untuk memeroleh buku-buku terbaik dia kembali mengajar dan bekerja agar memeroleh upah dan membeli buku, suatu kata kemanusiaan yang keluar darinya dia mengatakan 'kurangilah membeli pakaian  dan perbanyaklah membeli buku' sehingga ketika menulis Tan Malaka melahirkan ide-ide bernas semisal Sang Pemuda, Aksi Massa, Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) dll. Kisah progresif pun sama dengan Pramodeya Ananta Toer yang banyak sekali memiliki buku-buku sebagai bahan pendukungnya dalam belajar suatu ketika pada masanya, pemerintah membutuhkan sumber berita karena pemerintah minim akan berita yang berkembang, mereka datang ke rumah Pram untuk menemukan bahan bacaaan itu, fenomena ini menandakan bahwa Pram banyak sekali membaca dan banyak pula sumber bacaannya dari proses kerja membaca Pram menulis karya-karya terkemuka yang berbeda sekali dengan karya sebagian penulis sastra yang nampak sekali manja dan ke-sinetron-an, yakni karya Pram terkenal Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Semua Anak bangsa, Jejak Langkah) yang ketika dibaca membuat seseorang tergerak dan terpanggil untuk menatap realitas lebih jauh ke depan yakni terhindar dari kesewenang-wenang kaum kolonial yang tidak memikirkan kemanusiaan melainkan keuntungan dan kepentingannya, begitu pun tokoh-tokoh perjuangan yang banyak membaca dan menulis sehingga tak asal menulis melahirkan ide yang manja bak sinetron abg. Karena kita tidak menginginkan anak bangsa menjadi manusia sinetron manja dan alay semestinya gerakan pembaruan buku diutamakan pada karya-karya yang selalu mendukung proses pembangunan bangsa, di sini pentingnya peranan penerbit dan penulis di mana keaktifan penerbit memudahkan penerbitan buku tanpa seleksi yang tak masuk akal dan hanya melihat nama semata tanpa isi dan nawaitu dari penulisan buku parah lagi penerbit semestinya harus berlaku baik dan tak menadikan penerbitannya sebagai pusat kapitalisme pendidikan dengan menyengsarakan penulis-penulis di Indonesia, penerbit dan oenulis semstinya berlaku adil untuk membangun kebudayaan bangsa dan negara dan utama penerbit dan menulis perbanyak juga membanca buku, sekian.

*Penulis adalah Alumnus Uiversitas Karya Dharma Makassar/ Pegiat Belajar Filsafat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun