Menyaksikan landskap DSP Mandalika di laman kemenparekraf, spontan muncul ide pengembangan energi terbarukan di wilayah itu. Terbayang alam yang permai, murni terbuka menerima pancaran surya dan terpaan bayu.Â
Ribuan panel surya terpasang rapih menjadi bagian atap – atap yang meneduhkan dan puluhan kincir angin berotasi anggun membentuk tarian energi terbarukan. Dua potensi alam yang ada di Mandalika, yang kini trend dikaji sebagai energi masa depan, menggantikan sumber energi berbahan bakar fossil.
Sesungguhnya dalam waktu dekat, Mandalika akan melejit menjadi pusat perhatian dunia. Menata salah satu icon wonderful indonesia dengan menghadirkan sentuhan teknologi modern ibarat sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.Â
Mandalika dengan keunggulan wisata ramah lingkungan didukung energi terbarukan. Mandalika terpublikasi menampilkan keramahan bangsa dan kepedulian negara terhadap climate change.
Namun sangat dipahami, mewujudkan smart Mandalika tentu tidak gampang. Di tengah euforia penyelenggaraan event balap internasional, kesadaran individu, komunitas, dan masyarakat lokal untuk menerapkan budaya bersih, sehat, dan lestari lingkungan harus diresonansikan dengan kuat.
Belajar dari Bromo (2018), wisata eksotis dini hari jelang terbit mentari namun belum mampu menyembunyikan kotoran kuda yang menghiasi hamparan tanah berpasir menuju kawah. Mandalika harus jujur untuk tidak menyembunyikan sampah, melainkan memilah, mengolah dan mendaur – ulangnya.
Instalasi daur ulang sampah berkapasitas kota sudah waktunya dibangun, tidak menunggu sampah menggunung. Sampah yang ditangani dari sedikit namun sungguh – sungguh dan konsisten akan melahirkan pembiasaan yang benar dalam mengelola DSP Mandalika. Â
Belajar dari trek hiking taman hutan raya Juanda (770 – 1330 mdpl), aura bahagia dapat dengan mudah kami rasakan bersama keluarga. Hawa sejuk begitu rapat dengan butir – butir oksigen dari ribuan pohon sepanjang hari dapat dinikmati.
Walau tak sepadan karena perbedaan ketinggian dataran, saya berkeyakinan Mandalika akan berhitung adil memperbandingkan luas hutan raya dengan wilayah komersialnya.
Wisata hiking dan bersepeda di Mandalika dapat dimulai dari penghijauannya. Dalam skenario sederhana, rata – rata setiap manusia memerlukan 900-an kg oksigen per tahun. Anggap kebutuhan tersebut dapat dipenuhi 8 pohon besar dengan luas area tanam 80 meter persegi. Hasil hitung kasar, setidaknya dibutuhkan lahan untuk hutan raya 10% dari luas daerah agar masyarakat Mandalika bahagia. Sebuah rancangan yang semakin melayakkan Mandalika sebagai pusat wisata berolah - raga.